Jumat, 14 Mei 2010

Yesus Pulihkanku


Saya adalah anak ketiga dari lima bersaudara dan sejak lahir penganut Kristen mengikuti jejak leluhur. Sekalipun dari keluarga Kristen namun orangtua sering terlibat dalam kuasa kegelapan yang juga mengikut sertakan anak-anak. Kedua orangtua saya bekerja di sebuah instansi pemerintahan juga sibuk dengan kegiatan keluarga atau usaha, sehingga membuat kami jarang berkumpul.

Pada saat masih kecil saya merasa sering dibedakan oleh orangtua tanpa tahu kenapa alasannya. Saya tinggal di rumah bersama 4 sepupu yang masing-masing sibuk dengan urusannya. Sebagai anak kecil pada saat itu saya sangat merasa kesepian. Salah satu sepupu saya yang masih remaja sering membawa tetangga dan teman bermainnya ke rumah. Kebanyakan dari mereka adalah penjudi, pemabuk. Setiap hari selalu saja ada perkataan kotor keluar dari pembicaraan mereka bahkan kadang mengajarkan saya untuk berlaku seperti orang dewasa, seperti: berpelukan dengan telanjang dan segala hal berbau seks.
Berada di lingkungan seperti itu setiap hari mengubah saya menjadi anak yang berbeda dalam pemikiran. Saya selalu menjadi penasaran akan arti ucapan kotor dan untuk mencari tahu saya bersama teman-teman sering mengintip orang pacaran bahkan kadang-kadang berkeliling mengintip rumah orangtua masing-masing secara bergiliran dan memperagakan apa yang kami lihat baik dengan laki-laki atau dengan perempuan, bahkan beberapa kali hal tersebut dilakukan di loteng rumah saya.
Saya kemudian mengenal tentang masturbasi bahkan melakukannya pada usia 9 tahun. Pada saat itu masturbasi hanya saya anggap seperti suatu permainan baru karena bukan hanya saya saja tapi juga ada teman yang lebih dulu melakukannya, malah pernah saya praktikkan di depan salah satu saudara supaya membuat dia tertawa.
Orangtua tidak pernah mengetahui hal-hal yang saya buat sewaktu mereka tidak ada di rumah. Semakin hari daya khayal saya semakin tinggi, saya menjadi anak yang semakin nakal, tidak bisa berkonsentrasi dalam belajar alias bodoh, tidak jarang papa yang bersifat keras memukul atau mengurung saya. Jadi untuk memanipulasi papa, saya pura-pura membaca buku padahal sedang memikirkan hal yang kotor.
Dari semua saudara, sayalah yang selalu dipukul, diusir, saya sering jadi tontonan anak-anak sebaya sewaktu dipukul papa. Saya merasa tidak disenangi oleh keluarga karena selalu bikin ulah bahkan merasa bahwa papa malu mengakui saya sebagai anak.
Dosa masturbasi saya semakin meningkat, dalam sehari saya bisa melakukan berkali-kali dengan khayalan yang berbeda-beda. Saya mulai kenal pacaran, nonton film porno milik papa dan tidak jarang membaca buku stensil pinjaman dari teman. Semakin hari prestasi saya semakin hancur dan tentunya membuat saya juga tambah jauh dengan papa.
Saya teringat saat sedang menangis dari sebelah kamar terdengar suara radio yang menyanyikan lagu seperti ini: “mampirlah dengar doaku Yesus penebus…” pada saat itu saya langsung mencatat dan menyanyikan dengan hati tersayat (padahal waktu itu saya cuma asal cari nama tempat curhat yaitu Yesus yang selalu ada di berita kalau saya Sekolah Minggu). Dalam setiap tangisan pasti saya bertanya kenapa saya dibilang bodoh terus oleh orangtua, saya benar benar bodoh, saya genit, saya malas, saya pencuri itulah yang selalu mengisi buku harian saya, dan pikiran ini lambat laun menancapkan akarnya dalam diri saya.
Saya merasa tidak memiliki sesuatu yang patut dibanggakan baik itu dalam kebajikan, pendidikan bahkan kekudusan. Sebagai remaja pikiran ini membentuk saya menjadi pribadi yang haus akan kasih dan untuk mencari kasih saya mencuri uang untuk menaikkan nilai diri saya. Awalnya mencuri uang recehan kemudian meningkat menjadi uang ribuan, uang SPP, menggandakan uang buku, menjual perhiasan orangtua bahkan memanipulasi dengan perhiasan palsu. Saya merasa ahli hanya dalam bidang kejahatan saja dan saya benar benar menikmatinya.
Saat menginjak SMP terjadi suatu peristiwa di rumah, mama kabur dari rumah kami tidak tahu alasannya tapi tiba tiba papa keluar dari kamar dan memarahi kami semua. Saya lihat kakak menangis dan karena takutnya pada papa dia lari memeluk papa. Beberapa lama kemudian baru kami ketahui bahwa papa telah berselingkuh dengan perempuan sesama anggota koor di gereja. Papa berusaha mencari mama dengan meminta pertolongan dari dukun. Satu minggu tanpa kehadiran mama membuat keadaan rumah sangat tegang, kami selalu berada dalam ketakutan dan ini membuat saya semakin merasa rendah diri saja. Setelah mama pulang keadaan sepertinya tidak seperti dulu lagi, sudah mulai tampak ada rasa curiga dan orangtua keluar dari gereja karena malu.
Setelah menjadi pencadu uang, saya merasa uang dapat membeli nilai diri orang lain yang dapat menghibur saya pada saat itu. Setiap hari, kejahatan saya semakin lengkap saja. Saya mulai mencoba minum obat-obatan, pergi kedunia hiburan malam, hubungan seks yang nyata, bahkan gaya hidup bebas telah menjadi bagian hidup saya. Saat itu tempat tersebut membuat saya merasa nyaman diterima, karena ditempat ini tidak mengenal prestasi, semua orang sepertinya mempunyai posisi yang sama dengan saya yaitu pembohong, perempuan murahan, atau orang-orang yang memang dikucilkan oleh keluarga sehingga membuat kami jadi satu dan cepat sekali akrab.
Saya sering sekali menginap di tempat orang lain dengan cara menipu orangtua dengan alasan belajar. Mereka pikir saya sedang belajar padahal saya sedang pesta obat dengan teman-teman. Lama kelamaan orangtua mulai curiga dengan kondisi tubuh saya yang semakin kurus dan suka jatuh di tangga rumah. Lalu mereka menanyakan hal tersebut dan saya menyangkalnya. Tentu saja orangtua tidak percaya, dan mereka membawa saya ke tempat orang pintar (sebutan peramal pada saat itu) untuk minta disembuhkan, sekalian minta berkat untuk bisa memasuki kuliah karena orangtua saya ragu dengan prestasi saya.
Selepas SMA dengan nilai yang mengecewakan, saya mengutarakan pada papa bahwa saya belum mempunyai keinginan untuk melanjutkan sekolah, namun papa bersikeras meminta saya melanjutkan sekolah. Akhirnya daripada saya dimarahi terus, saya mengikuti saja keinginan papa untuk melanjutkan sekolah dan mendaftar di kedokteran gigi serta komputer. Tidak disangka ternyata saya diterima di keduanya. Karena pertimbangan biaya, pilihan yang saya ambil adalah teknik komputer yang biayanya lebih terjangkau.
Penyakit cinta uang semakin jadi tumbuh kuat dalam hidup saya. Kebebasan anak-anak kuliah pun saya manfaatkan sebagai ajang meminta uang dan alasan untuk melakukan trip keluar kota berpesta pora, berhubungan seks. Hampir setiap hari saya melihat pesta putau dan tentunya dengan uang hasil menipu orangtua saya yang membiayai setiap pesta pora tersebut untuk mencari teman. Seks berarti saling memberi dan menerima, yaitu saya memberi seks dan saya akan mendapat cinta. Dengan seks saya merasa dibutuhkan dan diingini oleh orang lain dan menerima perhatian, tapi sebenarnya semua itu menjijikkan. Tapi karena seks lah yang diinginkan pria, jadi saya rela melakukannya, sehingga setelah melakukan hubungan seks, malam harinya pasti saya melakukan masturbasi.
Semakin buruknya pergaulan saya, sepertinya ada sesuatu dalam hati yang selalu berteriak minta tolong, saya jenuh dengan perbuatan saya. Saya bosan hidup dalam kebohongan sepertinya semua sudah menyesak di dada dan saya mengutarakan hal tersebut pada teman pria saya pada saat itu namun yang terjadi adalah saya diancam dengan pisau di pipi dan ke leher.
Sewaktu saya siap meninggalkan pria tersebut, seperti tertimpa benda berat di atas kepala, saya sangat kaget sekali sampai mengucurkan keringat, ternyata saya hamil! Saya bertambah panik sekali karena takut pada orangtua, malu dan juga saya tidak menginginkan pernikahan dengan pria itu.
Selama dua bulan masa kehamilan saya berusaha tenang untuk menipu orangtua namun setiap hari di kamar hidup saya seperti neraka, tidak pernah berhenti memikirkan ke mana arah hidup saya.
Saat itu saya teringat lagu sebuah drama natal yaitu “Firman-Mu pelita bagi kaki ku terang bagi jalanku, waktu ku bimbang dan hilang jalan ku tetaplah Kau di sisiku.” Saya cari kaset itu dan saya putar terus sambil menangis minta tolong pada Tuha,n minta satu kesempatan untuk berubah untuk melalui masa kehamilan ini. Bayangan diusir, atau dibunuh atau dinikahkan, dibawa ke kampung selalu menghantui. Usaha aborsi telah saya coba, namun gagal. Saya pun merencanakan usaha bunuh diri di sebuah kali yang sangat besar dan deras airnya, rencana saya waktu itu sebelum bunuh diri adalah ke gereja dulu untuk yang terakhir kali.
Pada saat itu gereja sedang mengadakan peringatan hari Kematian Tuhan Yesus. Ketika sedang melamun hati saya dikejutkan oleh sebuah firman yang dibawakan seorang penatua yaitu: “Marilah datang kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan padamu…” Seolah-olah firman itu berbicara pada saya, dengan spontan saya menjawab dalam tangisan hati: “ya Tuhan Engkau benar benar ada, ya saya mau datang, saya punya beban.“ Dengan menggebu-gebu di rumah saya memikirkan bagaimana caranya saya datang ke Tuhan? Ah pasti melalaui gereja. Kebetulan saat itu gereja sedang mengadakan retreat bagi pemuda, jadi saya berani mendaftarkan diri ikut retret, saya dengan yakin akan menemukan jalan.
Namun di tempat retret, kejadian yang tidak saya inginkan justru terjadi. Saya bertemu dengan seorang pria yang memaksa untuk melayani nafsu seks nya. Saat menolak, saya dikejutkan oleh perkataannya yang menyebut saya munafik. Hati saya membenarkan bahwa memang saya adalah orang yang seperti itu, saya berpikir mungkin laki-laki ini tahu kondisi saya, jadi tanpa ada lagi rasa ingin ketemu Tuhan saya melayani nafsu lelaki tersebut, oral seks. Sambil menangis, menjerit dalam hati saya melayani nafsu orang lain, setelah puas diapun meninggalkan saya.
Setelah tidak ketemu Tuhan di tempat retret, dengan terpaksa saya kembali ke tempat pria yang menghamili saya untuk berbicara, namun pria tersebut ternyata baru saja ditangkap polisi dan dipenjarakan. Saya memberanikan diri menemui orangtuanya. Saya ditemui oleh seorang ibu yang bertempat tinggal dekat dengan rumah pria tersebut, dan tanpa banyak tanya lagi ibu itu menyodorkan secarik kertas berisikan nama dan alamat seorang tukang urut. Ibu itu berkata prihatin melihat keadaan saya yang jadi korban mainan dari tetangganya, hanya melihat bentuk tubuh saya saja dia langsung tahu kalau saya hamil. Dengan disetujui oleh orangtua pria itu, sayapun menerima tawaran aborsi dan keesokan harinya saya diantar oleh orangtua pria itu untuk aborsi di sebuah dusun yang sangat jauh.
Sepanjang perjalanan saya menangisi janin itu, entah kenapa tiba-tiba ada perasaan keibuan yang muncul yang membawa penyesalan yang teramat dalam. Setelah aborsi saya mengurung diri dan menangisi diri sendiri, saya selalui dihantui rasa bersalah bahkan sering bermimpi buruk. Keesokan harinya saya melihat sebuah buku renungan tergeletak di meja. Di halaman belakang tertulis ayat yang sama lagi yaitu, “Marilah datang kepadaKu semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberikan kelegaan kepadaMu…”
Malam harinya secara sembunyi-sembunyi saya menghubungi nomor telepon konseling dari buku tersebut, saya menceritakan perasaan hancur sewaktu habis aborsi, dan konselor tersebut menyarankan untuk memberitahukan pada orangtua dan saya didoakan. Pada saat itu saya berpikir, bagaimana mungkin saya bisa memberitahukan orangtua, pastilah mereka akan usir saya atau mereka justru mati kaget karena perbuatan saya? Saya tidak memiliki keberanian untuk hal tersebut jadi saya mengabaikan saran itu.
Beberapa hari melalui masa penyesalan saya mencoba keluar dari kamar melakukan aktivitas seperti biasanya karena takut ketahuan orangtua, saya mencari hiburan dengan bertemu teman-teman lama, karena saya tidak kuliah lagi jadi setiap hari saya keluar masuk mall, nongkrong.
Suatu malam ketika saya sedang menangis memukul-mukul diri saya dari dalam kamar terdengar oleh saya suara seseorang sedang bercerita tentang Yesus seperti ini: "Yesus menebus dosa kita, Dia mengampuni dosa kita, Dia menerima kita apa adanya.” Rupanya di ruang tamu ada kakak saya bersama temannya Samuel. Dia sedang bersaksi mengenai Yesus, saya hanya diam mendengar meskipun sebenarnya ingin bertanya tapi saya tidak berani karena ada kakak.
Melihat espresi wajah saya bang Samuel meminta saya duduk dan setelah selesai dan sudah tidak ada kakak, saya bertanya apakah benar Yesus menebus dosa? Jawabnya, “Ya betul Yesus menebus dosa kita, mengampuni sekalipun dosa kita merah Yesus menjadikan putih.” Saya bertanya lagi, sekalipun saya berbuat jahat seperti pembunuhan apa Yesus menerima saya? Bang Samuel menjawab lagi, ”Ya Yesus menerima kita apa adanya karena Yesus mengasihi kita.” Di situ saya menangis, pikiran saya seperti baru terbuka tentang Yesus, ini Yesus yang sering saya dengar selama ini di Sekolah Minggu, hebat banget!
Keesokan harinya bang Samuel datang lagi mengajak saya untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Setelah menerima Yesus saya mendapat suatu kelegaan, sesuatu yang mengisi hati dan membawa damai dalam jiwa, yah ada ketenagan di dalamNya. Saya menceritakan persoalan saya dan orang itu membimbing untuk mengakui segala dosa dan minta ampun kepada Tuhan Yesus.
Setelah itu seperti ada dorongan kuat dalam diri untuk membuang segala beban dosa yang tersembunyi selama bertahun-tahun itu, Roh kudus bekerja mengusik perbuatan jahat itu keluar dengan cara meminta saya mengakui dosa pada orangtua, karena saya tidak bisa lagi hidup dalam kebohongan itu. Roh Kudus yang lembut memberikan kekuatan ekstra yang sebelumnya tidak saya miliki untuk memberitahukan kehidupan gelap saya pada orangtua. Awalnya saya punya rencana untuk memberitahu kehidupan dosa saya pada mama tapi saat itu tiba-tiba mama sakit kepala berat jadi saya rubah rencana dengan pergi ke kantor papa.
Sepanjang jalan saya dihantui ketakutan, semakin dekat dengan lokasi semakin jadi takut dan saya sudah siap-siap untuk turun dari bis mau membatalkan rencana pengakuan ini, saat baru mau bangun dari kursi saya dikejutkan oleh sebuah pemandangan di depan mata yaitu sebuah kayu salib dengan untaian jubah ungu di tengah-tengah tanah berbukit dan kemudian di atas kayu salib itu ada Yesus yang tersalib memandang kepada saya seperti berbicara, “untukmu anakKu.” Tetesan darah di kepalaNya menetes sampai kaki lalu seperti terasa menetes di atas kepala saya. Saya menangis tidak bisa berkata apa-apa belum pernah saya melihat hal seperti itu. Setelah sampai, sambil menaiki anak tangga kantor di dalam nurani seperti suara terdengar “Jangan takut, Aku menyertaimu,” inilah yang membuat saya berani melangkah.
Papa saya sangat kaget atas pengakuan saya, bahkan dia menangis terisak-isak. Sesampai di rumah, saya dihadapkan dengan mama yang langsung menjeritkan tangisan sambil memeluk saya. Saya hanya terdiam menjawab semua pertanyaan dengan anggukan kepala saja, tidak berani menatap mereka. Saudara-saudari saya juga jadi ikut tegang karena situasi ini dan membuat mereka sepertinya tambah tidak menyukai saya karena akibat dari perbuatan saya juga berdampak bagi mereka.
Hari-hari saya lalui dalam keterasingan dan ketegangan di rumah dan saya sadar itu saya alami karena perbuatan saya. Kadang papa tidak bisa menahan lagi amarahnya sehingga mencaci maki saya terus. Saya juga menangis terus karena ikut Tuhan itu berarti menerima segala akibat dari pengakuan dosa saya. Untuk menguatkan diri, saya suka ikut KKR. Sejak bersama Tuhan ada perubahan terjadi pada saya, yaitu menjadi lebih penurut pada orangtua dan sepertinya keterikatan masturbasi pun hilang selama beberapa bulan.
Lambat laun suasana rumah mulai mencair dari suasana tegang, dan di saat bersamaan orangtua menjadi lebih dekat pada Tuhan. Setiap pagi sehabis bangun tidur saya lihat papa selalu berdoa. Kami kadang-kadang pergi bersama ke ibadah pembinaan iman bahkan papa mendaftarkan diri ikut sekolah pembinaan. Saya merasakan sukacita yang luar biasa sekali, hubungan saya dengan papa semakin dekat, saya bisa merasakan kasih sayangnya pada saya. Saya sangat heran pada perbuatan Tuhan saat itu.
Pada tahun 1997 terjadi peristiwa yang menimpa keluarga kami, usaha papa mengalami kehancuran, di bakar oleh sejumlah orang yang mengaku santri di suatu daerah dan mengakibatkan kerugian besar, belum lagi papa harus ditipu oleh rekan kerjanya. Seperti benturan bertubi-tubi menimpa orangtua membuat papa stres, dokter mengatakan ada tumor di dekat paru-paru sehingga harus dirawat inap di RS. Namun seperti sudah dibutakan oleh kesenangan dunia, kami anak-anak tidak pernah peduli terhadap orangtua karena merasa tidak dekat, justru kami merasa senang mendapat kebebasan bergerak.
Berulang kali, saya jatuh ke dalam dosa yang sama. Saya merasa sudah sangat kotor sekali dan tidak bisa lepas dari ikatan dosa tersbut. Suatu hari di dalam bis terdengar suara lembut memanggil nama saya dan saya mencari sumber suara itu di sekeliling tapi tidak ada. Lambat laun suara itu berbicara lagi “mari datang padaKu,” ternyata suara itu mengisi nurani saya mengingatkan komitmen saya sewaktu menerima Yesus. Setibanya di rumah saya berdoa menangis “Tuhan Engkau mendengar teriakanku”. saya disadarkan akan sebuah panggilan untuk dibaptis yaitu menyerahkan diri total pada Yesus, mengijinkan Yesus berkuasa atas hidup saya.
Puji Tuhan esoknya bang Samuel datang kerumah, sayapun menceritakan tentang kejatuhan saya (tapi tidak cerita keterikatan tentang masturbasi) dia kembali mengarahkan saya sampai akhirnya pada tanggal 20 November 1999 saya dibaptis. Sejak saat itu dia sering ajak saya mengikuti kelompok kecil dan mengenalkan saya pada sebuah gereja yang baru dibangun. Disinilah kasih mula-mula itu saya rasakan, semakin sering mengikuti kelompok doa, semakin saya dibangun dan sepertinya saya mulai bisa lepas dari pikiran kotor dan perbuatan masturbasi, selalu semangat setiap hari menceritakan tentang Yesus bahkan setiap ada pengertian yang baru saya selalu ceritakan ke papa tentang Yesus.
Semua berkat Tuhan saya terima begitu cepat, saya mendapatkan pekerjaan di perusahaan yang bagus dengan gaji yang bagus juga awalnya hanya berstatus kontrak tapi dengan penyertaan Tuhan terpilih menjadi pegawai tetap dari antara puluhan orang, sakit asma yang dulu sering kambuh kalau stres sudah tidak ada lagi. Namun langkah saya masih dipenuhi dengan ujian.
Kematian papa tidak membawa saya kembali pada Tuhan, memang ada sedikit penyesalan mengingat betapa dia selalu ingin mengenal firman Tuhan tapi saya malah menjauh, saya berduka tapi sebentar saja, selebihnya justru saya semakin bebas, dan ini membuat hubungan saya dengan pria teman kantor semakin lengket. Bagi saya dia bukan hanya sebagai teman tapi juga seperti sosok orangtua yang mengasihi saya dan hal ini sempat membuat gerah beberapa teman yang lain karena orang yang saya pacari ini juga memegang posisi yang bagus di perusahaan.
Bisik-bisik pelacur juga sudah sampai ke telinga saya, mereka mengira saya mengikat pria ini dengan menjual seks, namun cinta telah membutakan saya, saya tidak pedulikan mereka. Satu tahun kemudian di saat saya semakin cinta dengan pria ini saya dikejutkan oleh telepon dari seorang ibu yang mengaku istri dari pria ini. Saya terkejut karena selama ini setahu saya dia sudah cerai.
Akhirnya saya menemui ibu ini bersama dengan pacar saya itu, kami pun berbicara. Ibu ini terus mengeluarkan perkataan-perkataan tajam pada saya, saya hanya bisa menangis saja di hadapannya tidak berdaya karena tidak ada pembelaan apapun keluar dari pria itu. Tidak tahan dengan perkataan tersebut saya marah pada pria itu dan berteriak, ”Bukankah kamu bilang sudah cerai? Kenapa saya yang dipojokkan?”
Ibu itupun kaget, saya berlari keluar dengan tangisan yang keras sekali. Waktu itu saya bilang, “Apalagi ini Tuhan? kenapa hidup saya selalu dikelilingi kejahatan?” Dosa baru saya nambah lagi yaitu merusak rumah tangga orang. Saya benar-benar tidak bisa ikut Tuhan, ternyata saya bukan pilihan Tuhan, itulah pikiran saya saat itu.
Saya sering berkomitmen untuk selalu kembali kepada Tuhan, selalu ada keinginan untuk sungguh-sungguh bertobat tapi pasti selalu gagal. Suatu kali saya menemui masalah kembali, kali ini masalah keuangan. Singkat cerita akhirnya saya dijebloskan ke penjara, dan di sini saya mengalami kejatuhan kembali melakukan seks dengan sesama jenis.
Selepas dari penjara, masalah masih terus mengikuti dan terakhir adalah kebangkrutan usaha saya. Inilah titik terendah dalam hidup saya di mana saya merasa tidak memiliki apa-apa lagi. Dalam depresi berat saya seperti mendengar suara lembut yang dulu tapi samar-samar “Mari datang padaKu.” Antara percaya dan tidak, Tuhan akan menerima, saya pergi ke sebuah gereja di tempat usaha saya dan didoakan oleh seorang pendeta yang berkata seperti ini, “Saudari sedang disayangi Tuhan, melalui peristiwa ini Tuhan ingin mata saudari tertuju kepada Dia. Tuhan berkata dalam FirmanNya CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH DAN KEBENARANNYA, MAKA SEMUANYA AKAN DITAMBAHKAN KEPADAMU.
Firman ini selalu menempel di kepala saya dan membuat gelisah, saya memutuskan cari Kerajaan Allah tapi bagaimana? Karena gereja itu letaknya jauh dari rumah jadi saya memutuskan untuk mencari gereja yang pernah dikenalkan oleh teman kuliah. Saya keliling mencari gereja itu tapi sudah pindah, kemudian saya cari gereja alternatif lain juga tidak ketemu, akhirnya saya capek keliling tapi masih penasaran dengan Firman CARILAH DAHULU KERAJAAN ALLAH…
Saya pergi ke warnet dan masuk ke millis terangdunia. Saya menanyakan maksud dari firman tersebut dan banyak yang mereferensikan uraian arti firman tersebut, tapi saat itu bagi saya semua tidak masuk akal, karena saya sudah coba lakukan berdoa, baca Alkitab tapi yang terjadi justru sebaliknya sampai akhirnya sepertinya saya mendapat respon dari Bp. Boy Gunawan dengan poin-poin yang tepat dengan masalah hidup saya, di antaranya adalah penyembuhan batiniah.
Sewaktu merasakan respon dari teman-teman seiman hati saya menangis pada Tuhan bahwa sekali lagi Dia beri saya kesempatan. Oleh karena itu dengan segera saya mengikuti arahan dari Bp. Boy untuk bertemu dengan ibu Ida di GBI Metamorfosa. Beberapa hari sebelum ke Metamorfosa saya sangat merasakan kekuatan luar biasa bahkan tidak sabar untuk segera ke sana karena saya pikir inilah cara cari Tuhan itu.
Di Metamorfosa saya dilayani oleh Ibu Ida, juga Kak Risda, dan sewaktu didoakan lagi-lagi saya mengeluarkan suatu ekspresi di luar kontrol/manifestasi. Dulu saya pikir saya ini sakit jiwa karena setiap didoakan pasti ngamuk, namun saat ini saya sudah diberi pengertian mengenai pertobatan, pengampunan, dan penyaliban luka-luka batin yang saya alami sejak kecil dan menyerahkan pada Kristus. Saya diajar untuk memiliki hati yang sungguh-sungguh pada Tuhan dan tekad yang kuat untuk tetap berpegang pada Tuhan, karena di dalam ikut Tuhan seringkali anak-anak Tuhan mendapat hambatan.
Melalui Firman dari Yesaya 53:5 saya dibimbing untuk percaya bahwa Yesus telah mati untuk menanggung segala akibat dari dosa percabulan, perzinahan, merebut suami orang, merugikan orang lain, menipu orangtua, aborsi, sakit rahim, sinus, batuk kronis. Yesus membebaskan saya dari dosa berkali kali memberontak, menghujat Dia. Dosa yang dulu saya pikir tidak mungkin diampuni semuanya telah ditanggung oleh Yesus. Saya juga diajar untuk memulai hidup yang baru dalam takut akan Tuhan. Sewaktu mendengar ini, pikiran dan hati saya seperti terbuka, tersentak seperti pertama kali menerima Yesus, seraya tidak percaya tapi harus percaya bahwa Yesus yang sama masih menerima saya yang sudah berjanji puluhan kali, jatuh berkali-kali, menyalibkan Yesus berkali-kali, tapi Yesus tetap mengampuni saya bahkan diberi kesempatan untuk bertumbuh menjadi seseorang yang baru tanpa harus menjadi sempurna seperti yang selama ini saya bayangkan. Saya merasakan Tuhan mengasihi saya tanpa syarat, apa adanya saya boleh datang dalam doa bahkan boleh minta pertolonganNya untuk mengubah beberapa hal dalam hidup saya.
Melalui bimbingan hamba-hamba Tuhan ini saya merasakan kelegaan, seperti beban yang saya bawa puluhan tahun terlepas begitu mudahnya oleh darah Yesus dan mengalirkan sukacita yang luar biasa sampai saya berani menceritakan keadaan diri saya yang sebenarnya kepada kakak dan juga salah satu adik saya. Ternyata adik saya punya masalah berat, mengakuinya dan memutuskan kembali kepada Tuhan. Pengakuan adik bungsu saya membawa mama kepada tingkat kegagalan lebih jauh lagi, mama sudah mau pingsan mendengar permasalahan adik, namun beberapa hari kemudian mama memutuskan datang pada Tuhan. Kami satu persatu mulai ikut konseling dan pemuridan di Metamorfosa.
Hubungan kami yang tadinya tidak akrab mulai dipulihkan Tuhan, kami saling mengakui dosa dan saling memaafkan. Komunikasi antar keluarga yang dulu begitu sulit kini sudah dipulihkan Tuhan. Mama dan kakak saya bahkan sudah memberikan diri untuk dibaptis. Mama mencabut semua kutuk, sumpah serapah yang dulu ditujukan pada saya diganti menjadi berkat di atas kepala saya, sejak saat itu saya lebih lagi bersukacita.
Saya yang selama ini bertanya pada Tuhan: "Kenapa saya banyak dikelilingi laki-laki yang tidak beres, yang hanya seks, seks, seks saja?" Saya baru mengerti bahwa latar belakang keluarga besar juga menjadi penyebab kegagalan dari sebagian hidup saya. Belakangan setelah saling terbuka, baru saya tahu kebenaran tentang papa yang memiliki beberapa pacar baik sebelum atau sesudah menikah, dan akibat dari perbuatan tersebut saya juga harus menanggung tuaian juga dari perbuatan leluhur yang memiliki isteri lebih dari satu, dan juga perbuatan saya. Selama ini saya menyalahkan Tuhan atas segala yang terjadi.
Setiap hari berjalan dalam kekuatan Tuhan membuat saya semakin kuat menolak dosa, pikiran semakin dikuduskan dari bayangan kotor masa lalu. Sakit sinusitis akut yang saya derita sejak tahun 2002 mulai berkurang, batuk kronispun nyaris tidak ada membuat saya tidak takut minum es atau kena hujan, nyeri pada rahim berkurang. Pola pikir saya diubahkan bahkan yang lebih dahsyat lagi saya beroleh pengenalan akan kasih Tuhan di mana Yesus bukan saja Tuhan tapi juga sebagai Bapa sejati. Di mana saya boleh mengenal Tuhan sebagai Tuhan yang mati, bangkit dan juga naik ke Sorga untuk saya, untuk mengembalikan otoritas yang dirampas iblis ke dalam tangan anak-anak Tuhan yang percaya padaNya. Sekarang di rumah kami sudah ada mezbah keluarga, kami bisa saling tukar cerita dan tidak lagi saling menghakimi.
Saya percaya Tuhan telah mempersiapkan waktu yang tepat untuk membebaskan saya dari segala perbudakan hutang dan pergumulan lainnya karena Dia yang berfirman menjanjikan masa depan yang penuh harapan bagi saya. Saat ini saya percaya apa yang Tuhan katakan mengenai gambar diri saya dan bukan lagi kepada intimidasi, mengasihani diri. Tuhan mengajar saya untuk mengasihi, mengampuni, memberkati orang lain bahkan Tuhan memberikan banyak ide dan gagasan dari dalam diri untuk berkreasi mengubah benda-benda yang tersedia di sekitar saya menjadi sutau karya yang saya rindu dapat memberkati orang lain.
Bagi saya ini adalah suatu harta yang diberikan Bapa kepada saya yang tidak pernah saya lihat sewaktu dalam dosa, terselubung oleh dosa dan keinginan dunia. Jauh di luar pikiran saya banyak ide-ide muncul dalam benak saya, bahkan tanpa harus keluar biaya modal untuk mengerjakan semua yang harus saya lakukan, hanya melatih diri, mengerjakan bagian saya mengasah potensi yang sudah Dia berikan. Melalui dorongan dan bimbingan hamba-hamba Tuhan yang begitu sabar menolong saya dan keluarga, membuat saya melihat arti Kasih Yesus yang mengalir tidak terselami. Saya tidak mengenal mereka, tidak menggaji, tapi mereka mau melayani hanya karena dasar Kasih Yesus, betapa luar biasa Yesus, Dia membuat saya berharga. Tuhan adalah sosok Bapa yang saya rindu, sosok Bapa yang dulu rusak kini telah pulih membuat hubungan saya bertambah dekat.
Inilah yang saya rasakan mengenai kasih Tuhan, tidak terselami, tidak terbatas pada pikiran saya. Sebab jika dinilai menurut perbuatan saya ini tidak layak, tidak pernah ada perbuatan saya yang menyenangkan hati Tuhan bahkan justru sebaliknya, tapi kenapa Yesus memilih saya untuk kembali padaNya, menerima anugerah dan warisan KerajaanNya, sungguh saya tidak akan pernah bisa menyelami ini semua, dan akhirnya Terpujilah nama Tuhan karena kasihNya saya boleh menulis kesaksian ini.(SUMBER)

3 komentar:

Unknown mengatakan...

Thx banget. Menguatkan. Gbu

Unknown mengatakan...

Thx banget. Menguatkan. Gbu

Unknown mengatakan...

Trimakasih sdah menguatkan saya dengan kesaksian ini... Saya juga pernah melakukan hubungan seks dwngan sesama jenis.. Sekarang sdah berhenti.. Tetapi tdak bisa lepasa dri masturbasi... Selalu gagal.. Mohon doanya... Saya juga masih dalam pergumulan yg sanagat kuat..

Posting Komentar