Jumat, 21 Mei 2010

Memberi dalam kekurangan sangat menarik perhatian Tuhan

By Nelson Saragih
Markus 12:44 Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya."
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Melihat itu Yesus memanggil murid-muridnya dan berkata bahwa persembahan janda tersebut lebih banyak dari persembahan orang-orang kaya itu. Pernyataan Tuhan itu sungguh kontroversi dengan kenyataan yang ada. Bagaimana mungkin Yesus berkata persembahan janda miskin itu jauh lebih besar dari pada persembahan orang kaya padahal secara fakta nilai uang yang di berikan oleh orang kaya jauh lebih besar dari pada yang di berikan janda miskin.

Begitulah cara berpikir Tuhan. Tuhan tidak berpikir seperti cara dunia ini. Tuhan tidak menilai seperti dunia ini menilai. Dunia menilai dari apa yang kelihatan sementara Tuhan menilai berdasarkan ketulusan dan kerelaan. Mengapa Tuhan Yesus menyatakan persembahan janda miskin jauh lebih besar di bandingkan persembahan orang kaya? Itu karena janda miskin memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yakni seluruh nafkahnya, sementara si orang kaya memberi dari kelebihannya. Memang secara nilai orang kaya memberi lebih besar dari janda miskin tetapi apa yang di berinya itu mungkin hanya sepersejuta dari hartanya.
Point utama dari dari kisah ini adalah Yesus lebih mengingat dan tertarik pada persembahan janda miskin. Hal ini dapat menjadi satu pelajaran yang indah bagi kita yaitu jika ingin memberi pada pekerjaan Tuhan jangan menunggu sampai mempunyai banyak uang dulu. Tuhan tidak menilai angka yang kita berikan, Tuhan menilai ketulusan hati kita.
Ada orang yang berkata, bagaimana mungkin saya bisa memberi sementara saya saja masih kekurangan? Benar, kalau dipikir secara logika orang tersebut tidak bisa di salahkan karena fakta hitung-hitungan memang demikian. Itulah kalau akal yang berbicara. Tetapi bagaimana dengan janda miskin itu? Tuhan Yesus berkata bahwa ia memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberikan seluruh yang ada padanya. Lalu apakah janda itu bodoh sehingga tidak berpikir panjang? Tidak, saya yakin bahwa ibu janda itu bukanlah seorang yang bodoh. Dia pasti sempat berpikir bagaimana keadaannya selanjutnya bahwa ia tidak akan memiliki uang lagi untuk makan. Tetapi ia tidak mau di kuasai oleh pikirannya, ia tidak mau di kuasai oleh kekuatiran, jika nenek moyangnya saja yang belum memberikan apa-apa kepada Tuhan tetapi di pelihara oleh Tuhan di padang gurun dengan menurunkan roti manna dari surga, apalagi dia yang sudah mempersembahkan seluruh yang ada padanya, Tuhan pasti akan lebih lagi memelihara dia. Itulah iman.
Lukas 12:29-31 Jadi, janganlah kamu mempersoalkan apa yang akan kamu makan atau apa yang akan kamu minum dan janganlah cemas hatimu. Semua itu dicari bangsa-bangsa di dunia yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu tahu, bahwa kamu memang memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah Kerajaan-Nya, maka semuanya itu akan ditambahkan juga kepadamu.
Suatu ketika Elia Tuhan perintahkan untuk pergi ke Sarfat ke rumah seorang janda miskin. Sampai disana Elia meminta kepada janda tersebut supaya di buatkan roti bundar untuk dimakan. Lalu janda miskin itu berkata bahwa tepung dan minyak yang ada padanya hanya tinggal itu saja, cukup untuk sekali makan saja. Setelah itu tidak ada lagi maka ia dan anaknya akan mati kelaparan. Itu dapat kita lihat pada ayat dibawah:
I Raja-Raja 17:12 Perempuan itu menjawab: "Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku sedikit pun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati."
Tetapi Elia tetap meminta janda itu untuk membuat roti baginya seraya berkata bahwa Tuhan akan memelihara mereka. Ibu janda itu percaya kepada janji-janji Tuhan yang disampaikan oleh nabi Elia. Ia mengalahkan logikanya dengan iman. Ia menyerahkan hidupnya kepada Tuhan bahwa Tuhan sanggup memelihara dan memenuhi kebutuhannya. Benar saja, ketika ia taat pada firman Tuhan maka tepung dan minyak itu tidak habis sampai masa kelaparan berlalu.
I Raja-Raja 17:15-16 Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu lamanya. Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia.
Kisah ini mengingatkan saya pada suatu kejadian yang terjadi kira-kira hampir 3 tahun yang lalu. Ada seorang ibu janda datang kerumah meminta uang kepada kami untuk ongkos perjalanan ke suatu kota karena di kota itu anaknya sudah mendapat pekerjaan. Ibu ini adalah seorang janda yang sangat susah dan biasanya paling tidak sebulan sekali saya beserta istri datang ke rumahnya mengantar sedikit bahan makanan seperti beras dan kebutuhan pokok lainnya, tetapi kali ini dia yang datang. Jujur, pada saat itu kami tidak memiliki uang. Justru pada saat itu kami juga sedang berada dalam kesulitan karena baru membayar kontrakan rumah. Istri saya sudah memberi penjelasan kepada ibu itu bahwa saat ini kami benar-benar tidak punya uang bahkan untuk membeli susu anak saja tidak cukup lagi sambil menunjukkan dompetnya yang hanya berisi beberapa lembar uang ribuan untuk menunjukkan bahwa kami benar-benar tidak punya uang. Itu hal yang tidak pernah kami lakukan sebelumnya dan sebenarnya tidak etis untuk dilakukan. Namun dengan menangis si ibu itu tetap memohon kepada kami dengan alasan hanya kamilah yang di harapkannya karena orang lain tidak ada yang mau menolongnya bahkan ia memberikan kain gorden rumahnya yang sudah kusam.
Melihat itu saya dan istri terenyuh, Istri bertanya kepada saya ada berapa uang di dompet saya. Saya pergi kekamar, saya lihat di dalam dompet saya hanya ada uang beberapa puluh ribu, tidak sampai seratus ribu. Dengan menangis saya berdoa kepada Tuhan apa yang harus saya lakukan. Apakah saya harus menyerahkan uang itu padahal tinggal itulah uang kami. Dengan lembut ada suara di hati saya yang berkata, “berikan saja, jangan kuatir akan apa yang kamu makan dan minum. Tuhanmu akan memenuhi segala keperluanmu”. Akhirnya uang itu kami berikan, yang tersisa di dompet saya hanya tinggal sepuluh ribu rupiah itupun untuk beli bensin motor yang biasa saya pakai untuk bekerja. Kami hanya mengimani bahwa kami tidak akan kelaparan dan meminta-minta. Dan benar Tuhan menepati janjinya, besoknya kami memperoleh uang yang jumlahnya jauh lebih besar dari yang kami berikan.
Oleh sebab itu jika ingin memberi janganlah menunggu sampai memiliki banyak uang dulu, jika saat ini saudara di gerakkan untuk memberi, berilah dengan tulus. Ingat, Tuhan sangat memperhatikan orang yang memberi dari kekurangannya dari pada orang yang memberi dari kelebihannya. Tuhan tidak melihat besar yang kita beri, tetapi Tuhan melihat seberapa besar hati kita memberi. Percayalah bahwa Tuhan tidak akan membiarkan kita menjadi orang yang meminta-minta.
Mazmur 37:25 Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;
Tuhan Yesus meberkati. Amin (Sumber)

0 komentar:

Posting Komentar