Jumat, 14 Mei 2010

Tuhan yang Menjamin Hidup Hamba-Nya


Pada tahun 1995 adalah tahun yang ke-6 gereja saya GPdI Kalibata telah digusur. Jadi sudah tidak ada jemaat yang digembalakan, saya benar-benar hidup dari kemurahan Tuhan. Bukan basa-basi, setiap hari mengharapkan berkat dari burung gagak.
Tuhan Yesus yang memanggil saya adalah Tuhan yang menjamin hidup hambaNya walaupun tanpa gereja, jemaat, dan perpuluhan. Benar-benar burung gagakNya tidak pernah terlambat membawa berkat untuk kebutuhan kami.
Ada seorang anak gadis yang tidak ada hubungan apa-apa dengan kami, baik persaudaran maupun pertemanan, gadis ini adalah teman akrab gadis di seberang rumah kami. Dalam tempo yang cukup lama, kira-kira lebih dari dua tahun dia telah menjadi burung gagak bagi kami, karena setiap bulan dia tidak pernah lupa menitipkan amplop berisi uang kepada temannya untuk disampaikan kepada kami.

Belum pernah ia menyampaikannya secara langsung kepada kami dan masih ada burung gagak-burung gagak yang lain sehingga kami terpelihara dalam kemurahan Tuhan. Tentu saja kami harus penuh hikmat menggunakan uang tahun-tahun itu, tapi kami tidak kekurangan dan anak-anak kami bisa terus bersekolah tanpa menunggak uang bayaran sekolah.
Pada tahun 1995 GPdI mengadakan 'mubes' yang diselenggarakan di SAB Batu-Malang. Walaupun saya sudah tidak punya gereja, tapi saya tidak mau kehilangan kesempatan untuk pesta yang satu ini. Dan walaupun cuma uang hanya pas-pasan Tuhan sediakan untuk kami berangkat ke Beji. Kami pergi bertiga, saya, istri dan anak saya yang bungsu yang baru berusia 3 tahun.
untuk menghemat ongkos kami naik KA Gayabaru yang pengap itu, sengaja saya naik KA, rencana saya supaya pulangnya saya bisa naik bus AC agar nyaman. Begitu sampai di Beji saya segera beli ticket bus AC untuk pulang nanti selesai 'mubes' akan dijemput di SAB. Tenanglah saya mengikuti 'mubes' beberapa hari bertemu dengan teman-teman dan saling sharing berbagi pengalaman.
Selesai 'mubes' kami semua siap-siap mau pulang, bus yang dicharter sudah berdatangan, begitu juga bus yang saya tumpangi sudah ada menunggu kami naik. Saya dan istri sudah siap berdiri dekat bus itu. Waktu kami sedang siap-siap berdiri di samping bus itu, kami melihat sepasang suami istri hamba Tuhan (kelihatannya seperti orang dari Papua) yang nampaknya kebingungan. Saya sapa kedua hamba Tuhan ini dan dia berkata, "Saya mau pulang ke Papua, tiket kapal sudah ada, tapi ongkos saya ke Jakarta tidak punya." Dan hamba Tuhan ini minta tolong sama saya.
Saya sudah tidak punya uang kecuali dua lembar tiket bus untuk saya pulang ke Jakarta. Tapi melihat hamba Tuhan ini saya kasihan maka saya berikan dua lembar tiket yang saya miliki itu dan saya bilang, "Ini busnya, naik saja sekarang." Jadi saya yang bermasalah sekarang tidak punya tiket untuk pulang.
Tapi sungguh Tuhan itu heran, tidak sampai lima menit ada seorang teman tergopoh-gopoh menemui saya sambil berkata, "Cob, tadi Brur Freddy Pattiradjawane mencarimu, cepat temui dia." Saya cepat mencari dan menemui Pdt. Freddy Pattiradjawane dan saya tanya ada apa mencari saya?
Dia berkata, "Saya mau kasih kamu berkat," sambil menyodorkan amplop ke kantong saya. Akhirnya dengan uang itu, saya bisa pulang naik bus VIP, bus besar ber-AC yang hanya berisi 20 tempat duduk dan masih ada uang sisa lebih untuk dibawa pulang. Yes! Tuhanku dahsyat! (Pdt Jacob Siwi) gpdi_atl@yahoo.comThis e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.(SUMBER)

0 komentar:

Posting Komentar