Jumat, 14 Mei 2010

Menghadapi Masalah Dengan Ucapan Syukur


Ucapan syukur adalah suatu sikap hati, yang berisi kepasrahan kepada kehendak Allah yang sempurna sambil tak henti-hentinya fokus kepada kebaikan Tuhan dan bukan kepada masalah atau musibah yang dialami. Menghadapi musibah dengan rasa syukur adalah tindakan yang mengatakan bahwa TUHAN itu baik, telah meluputkan dari musibah yang lebih besar lagi.
Mazmur 136:23-25 Dia yang mengingat kita dalam kerendahan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dan membebaskan kita dari pada para lawan kita; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. Dia yang memberikan roti kepada segala makhluk; bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.

Saat melalui sebuah kecelakaan besar yang membuat saya terjatuh dari lantai dua dan membuat kaki saya patah menjadi tiga bagian, saya selalu mengatakan, “Puji Tuhan. Tuhan baik. Tuhan tahu apa yang terbaik bagi anak-anakNya. Dia telah meluputkan saya dari musibah yang lebih besar lagi yang mungkin akan terjadi di waktu depan.” Karena dalam minggu itu kami sedang merencanakan akan mengadakan ret-ret. Tak terbayangkan jika saat berangkat ret-ret karena kaki saya sehat lalu ternyata musibah besar datang seperti misalnya mobil yang kami tumpangi kecelakaan. Pasti penderitaan yang lebih hebat lagi yang saya alami.
Maka bertemu siapa saja baik lewat telpon, sms ataupun yang sengaja datang ke rumah saya selalu tunjukkan wajah penuh sukacita. Saya tidak mau bersedih dengan kecelakaan yang saya alami. Saya tidak mau menyalahkan TUhan. Saya juga meski dalam hati menginkan cepat terjadi kesembuhan namun menyerah pada kehendak Tuhan yang sempurna. Jika harus dua bulan terbaring, ayo saya jalani. Karena hidup saya ini adalah dari TUHAN dan Tuhan yang hidup dalam saya maka apapun yang terjadi sudah pastilah dalam rencana Tuhan yang sempurna. Menolak terjadinya suatu musibah bahkan komplain berkepanjangan atas suatu persoalan merupakan bentuk pembangkangan dan pemberontakan dari kehendak TUHAN. Dan itu ujung-ujungnya adalah penderitaan yang lebih besar lagi akan dialami.
Inilah yang dialami Hizkia seorang raja Israel yang takut akan Tuhan. Dia sangat mengikuti semua ketetapan Tuhan dan Tuhan memberkatinya. Namun suatu kali dia diberitahu oleh Nabi Yesaya bahwa dia akan mati, ia sangat sedih dan menentang kehendak Tuhan yang sempurna terjadi atas hidupnya.
Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: "Beginilah firman TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau akan mati, tidak akan sembuh lagi." Lalu Hizkia memalingkan mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: "Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapan-Mu dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di mata-Mu." Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (2 Raja-raja 20:13)
Bukannya Hizkia bersyukur bahwa sebentar lagi dia akan bertemu Tuhan di surga, malahan dia meminta Tuhan memperpanjang umurnya. Kematian Hizkia sudah digariskan Tuhan. Dan apa yang digariskan itu tidaklah sembarangan. Tuhan memiliki pengetahuan jauh ke depan akan apa yang akan terjadi ratusan tahun bahkan ribuan tahun di depan Hizkia. Harusnya dia berterimakasih dan bersiap-siap menghadapi hari yang harus dialami semua orang itu. Tapi Hizkia memelas-melas sambil membangkitkan ingatan mengenai kebaikan-kebaikan yang dibuatnya dulu.
Membangkitkan ingatan akan kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan ini merupakan senjata ampuh menawar apa yang Tuhan sudah gariskan. Kebanyakan kita akan berkata,”Aduh Tuhan ingat dong saya sudah melayani puluhan tahun, dari tidak ada jemaat hingga ada ribuan. Tolonglah saya.” Kita membangkit-bangkitkan semua ingatan tentang apa yang baik yang kita perbuat seolah-olah Tuhan itu pelupa. Padahal semua itu hanyalah karena kita memiliki hati yang memberontak pada sang Pencipta.
Sebagai ciptaan kita mesti sadar bahwa kalau kita ada ini karena diciptakanNya. Maka kalaupun terjadi suatu persoalan, musibah bahkan kematian semuanya adalah suatu rencana Tuhan yang sempurna. Kita mesti menerimanya dengan lapang tanpa berpikir mengenai kejahatan dalam diri Tuhan yang mengijinkan itu terjadi. Tuhan tidak jahat, malahan Dia hendak menghindarkan kita dari suatu malapetaka dahsyat yang akan terjadi di kemudian hari dengan adanya suatu masalah.
Hizkia ditetapkan akan mati. Tapi dia tidak mau terima. Dia ditetapkan harus segera chek out dari dunia ini namun ia memilih melawan titah Tuhan itu. Alhasil, Tuhan mengijinkan dia tetap hidup, namun justru kehidupannya itu membawa bencana yang sangat besar bagi Israel dan segenap keturunannya.
Pada waktu itu (setelah Hizkia sembuh) Merodakh-Baladan bin Baladan, raja Babel, menyuruh orang membawa surat dan pemberian kepada Hizkia, sebab telah didengarnya bahwa Hizkia sakit tadinya. Hizkia bersukacita atas kedatangan mereka, lalu diperlihatkannyalah kepada mereka segenap gedung harta bendanya, emas dan perak, rempah-rempah dan minyak yang berharga, gedung persenjataannya dan segala yang terdapat dalam perbendaharaannya. Tidak ada barang yang tidak diperlihatkan Hizkia kepada mereka di istananya dan di seluruh daerah kekuasaannya.
Kemudian datanglah nabi Yesaya kepada raja Hizkia dan bertanya kepadanya: "Apakah yang telah dikatakan orang-orang ini? Dan dari manakah mereka datang?" Jawab Hizkia: "Mereka datang dari negeri yang jauh, dari Babel!" Lalu tanyanya lagi: "Apakah yang telah dilihat mereka di istanamu?" Jawab Hizkia: "Semua yang ada di istanaku telah mereka lihat. Tidak ada barang yang tidak kuperlihatkan kepada mereka di perbendaharaanku."
Lalu Yesaya berkata kepada Hizkia: "Dengarkanlah firman TUHAN! Sesungguhnya, suatu masa akan datang, bahwa segala yang ada dalam istanamu dan yang disimpan oleh nenek moyangmu sampai hari ini akan diangkut ke Babel. Tidak ada barang yang akan ditinggalkan, demikianlah firman TUHAN. Dan dari keturunanmu yang akan kauperoleh, akan diambil orang untuk menjadi sida-sida di istana raja Babel."
Kesehatan yang diperoleh Hizkia dari pemberontakan dari kehendak Allah yang sempurna menyebabkan dia takabur dan sombong. Berkat seringkali membuat orang lupa diri. Mereka lupa bahwa semua itu anugrah Tuhan, maka mereka menghambur-hamburkan dan menyombongkan diri diatasnya. Padahal itu adalah tindakan jahat di muka Tuhan. Hizkia telah sehat namun dia berubah menjadi tinggi hati. Dia memperlihatkan semua isi kerajaan dan kekayaannya dengan bangga seolah-olah semua hasil kerja kerasnya tapi itu justru mendatangkan kutukan bagi keturunan dan rakyatnya di masa depan.
Coba dia ijinkan kematian menjemput seperti titah Tuhan. Coba ia tidak membangkang. Coba ia tidak memberontak. Coba ia menerima dengan syukur atas semua yang Tuhan sudah atur. Pastilah tidak akan terjadi kesombongan seperti itu. Pemberontakan memang melahirkan banyak dosa yang tidak disadari menuntu kepada kehancuran.
Sikap komplain dan tidak mau terima atas apa yang terjadi dalam hidup kita adalah suatu pemberontakan. Dan pemberontakan itu selalu berujung kepada kebinasaan. Seharusnya anda menyanyi, berdoa, dan pasrah pada Tuhan saat musibah datang. Sikap ini adalah sikap hati terbaik yang diharapkan Tuhan ada dalam hati setiap anakNya.
Ini sejalan dengan apa yang Alkitab katakan di 1 Tesalonika 5:18, ”Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. (Hendra Kasenda)(SUMBER)

0 komentar:

Posting Komentar