Kamis, 20 Mei 2010

Menikmati Pekerjaan

Bacaan: Pengkhotbah 9:7-10
Ayat mas: Pengkhotbah 9:10
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 1-3; Yohanes 5:25-47

Setiap hari, seorang ibu tua menyapu jalan. Dengan seragam lusuh dan sapu di tangan, dibersihkannya pinggiran jalan berkali-kali. Orang yang lalu lalang di sana sulit menemukan debu atau daun kering. Bersih sekali. Walau digaji minim, si ibu bekerja sepenuh hati. “Saya suka melihat jalanan bersih,” katanya, “Senang rasanya melihat orang merasa nyaman lewat jalan itu!” Ia menemukan kesukaan bekerja, bukan hanya karena mendapat gaji.

Ia sadar pekerjaan itu membuatnya bisa berkarya bagi sesama.
Banyak orang tidak menyukai pekerjaannya. Waktu bekerja delapan jam sehari terasa berat karena melakukan tugas yang membosankan. Pengkhotbah mengajak kita melihat sisi positif dari bekerja. Walau membosankan, pekerjaan memberi kita upah. Dengan itu kita bisa makan dan minum (ayat 7), punya pakaian bersih (ayat 8), serta mencukupi biaya rumah tangga (ayat 9). Upah bekerja memberi kita harga diri karena bisa mencukupi diri sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Di atas semua itu, bekerja adalah sebuah kesempatan. Orang mati tak lagi bisa bekerja (ayat 10). Mumpung masih kuat dan sehat, inilah saatnya berkarya. Pengkhotbah mengajak kita bekerja sekuat tenaga. Apa pun pekerjaan kita, nikmatilah sama seperti menikmati makanan dan minuman.
Apakah Anda punya pekerjaan yang halal? Bersyukurlah dan nikmatilah! Pekerjaan Anda mungkin tidak sesuai dengan keinginan Anda. Namun, itu tak jadi soal. Ketika bekerja sekuat tenaga dan dengan sepenuh hati, Anda akan menemukan kepuasan. Bahkan, merasa mantap sebab bisa menjadi orang yang bertanggung jawab.
CIPTAKAN KETERBEBANAN SAAT BEKERJA
ANDA AKAN BEKERJA KERAS TANPA MERASA DIBEBANI
Penulis: Juswantori Ichwan - www.renunganharian.net
Bacaan ayat - ayat hari ini:
9:7 Mari, makanlah rotimu dengan sukaria, dan minumlah anggurmu dengan hati yang senang, karena Allah sudah lama berkenan akan perbuatanmu.
9:8 Biarlah selalu putih pakaianmu dan jangan tidak ada minyak di atas kepalamu.
9:9 Nikmatilah hidup dengan isteri yang kaukasihi seumur hidupmu yang sia-sia, yang dikaruniakan TUHAN kepadamu di bawah matahari, karena itulah bahagianmu dalam hidup dan dalam usaha yang engkau lakukan dengan jerih payah di bawah matahari.
9:10 Segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga, karena tak ada pekerjaan, pertimbangan, pengetahuan dan hikmat dalam dunia orang mati, ke mana engkau akan pergi. Penulis: Juswantori Ichwan (sumber)

Memiliki Doa Yang Penuh Kuasa

“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Yakobus 5:16Sebagai umat Tuhan tentunya kita senantiasa menaikkan doa kepadaNya, entah itu doa untuk kebutuhan, perlindungan, kelepasan, permohonan, ucapan syukur, syafaat dan lain sebagainya. Tetapi seringkali terjadi bahwa kita sendiri kurang yakin apakah doa yang dinaikkan itu benar-benar membawa pengaruh dalam kehidupan kita.

Bahkan ada waktu-waktu tertentu kita malah meminta orang lain yang kita anggap lebih rohani dari kita, mungkin bapa rohani kita, gembala, ataupun pendeta, untuk berdoa bagi kita. Kita menganggap bahwa kalau mereka yang berdoa, pasti lebih “ampuh” dibanding kalau kita yang menaikkan doa tersebut. Sehingga pada akhirnya, pendeta-lah yang dianggap memiliki “kesaktian” dalam berdoa.
*courtesy of PelitaHidup.com
Tuhan memang memakai sebagian orang yang khusus dipanggil olehNya untuk melayani umatNya dalam pelayanan pekerjaan Tuhan seperti di gereja. Dan otoritas daripadaNya juga turun ke atas mereka. Dan bukan suatu kesalahan jika kita meminta dukungan doa dari mereka. Tetapi dalam hal berdoa, Tuhan tidak membatasi siapa saja yang dapat menaikkan doa yang memiliki kuasa dan benar-benar membawa pengaruh bagi kehidupan kita. Bahkan orang yang baru menerima Kristus sebagai Tuhan dan juruselamatnya-pun juga bisa memilki doa yang mempunyai kuasa.
Kalau begitu, bagaimana dapat memiliki doa yang penuh kuasa, supaya kita tidak lagi bergantung kepada orang lain untuk berdoa bagi diri kita sendiri?
1. Mengaku Dosa
“Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu” Yak 5:16a
Halangan yang paling utama bagi doa kita adalah dosa. Sebanyak apapun kita berdoa, namun jika masih ada dosa yang masih diperbuat, maka kita tidak akan memiliki doa yang berkuasa.
*courtesy of PelitaHidup.com
“Sesungguhnya, tangan TUHAN tidak kurang panjang untuk menyelamatkan, dan pendengaran-Nya tidak kurang tajam untuk mendengar; tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu.” Yes 59:1-2
Akuilah dosa yang ada, bertobat dan datang pada Yesus. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang setia. Dia akan menghapuskan setiap dosa kita akui di hadapannya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Jangan lakukan lagi dosa yang pernah diperbuat. Minta kekuatan bagi Tuhan supaya dapat hidup benar di hadapanNya.
2. Saling Mendoakan
“Dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh.” Yak 5:16b
*courtesy of PelitaHidup.com
Ada kalanya bahwa ketika kita sendiri sedang dalam kondisi tidak sehat, tetapi Tuhan meminta kita untuk mendoakan orang sakit. Atau bahkan ketika kita sendiri sedang ada masalah, tetapi ada orang lain yang meminta untuk didoakan atas segala masalah yang mereka hadapi.
Ketika kita taat mengikuti perintah Tuhan, kita akan melihat pekerjaan Tuhan yang luar biasa. Kita akan melihat bahwa Tuhan sendiri yang akan membereskan masalah-masalah yang kita hadapi, ketika kita taat mengikuti perintahNya.
Doakanlah orang-orang yang membutuhkan dukungan doa, maka Tuhan akan memberikan apa yang kita ingini.
3. Yakin
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” Yak 5:16c
Keraguan dan kebimbangan identik dengan ketidakpercayaan. Kisah Petrus yang berjalan di atas air mencerminkan hal ini. Petrus tidak seratus persen percaya bahwa dia bisa berjalan di atas air, walaupun sempat sesaat berjalan di atas air.
Keraguan muncul dalam dirinya ketika dia melihat keadaan sebenarnya yang dia hadapi. Di saat keraguan itu muncul, di saat itulah dia mulai tenggelam.
“Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian ke mari oleh angin.” Yak 1:6
Yakinlah dengan apa yang didoakan, percaya sepenuhnya bahwa doa yang dinaikkan akan membawa pengaruh kepada kehidupan kita. Jangan bimbang dan jangan ragu.
“Jawab Yesus: “Katamu: jika Engkau dapat? Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!” ” Mar 9:23 (Sumber)

Percayalah KepadaKu: Janji Setia Tuhan

Percayalah KepadaKu: Janji Setia Tuhan“Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Tuhan, percayalah juga kepada-Ku.” Yohanes 14:1
Bacaan Alkitab : 2 Tawarikh 20:15-18(15) dan berseru: “Camkanlah, hai seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem dan tuanku raja Yosafat, beginilah firman TUHAN kepadamu: Janganlah kamu takut dan terkejut karena laskar yang besar ini, sebab bukan kamu yang akan berperang melainkan Tuhan. (16) Besok haruslah kamu turun menyerang mereka. Mereka akan mendaki pendakian Zis, dan kamu akan mendapati mereka di ujung lembah, di muka padang gurun Yeruel. (17) Dalam peperangan ini tidak usah kamu bertempur. Hai Yehuda dan Yerusalem, tinggallah berdiri di tempatmu, dan lihatlah bagaimana TUHAN memberikan kemenangan kepadamu. Janganlah kamu takut dan terkejut. Majulah besok menghadapi mereka, TUHAN akan menyertai kamu.” (18) Lalu berlututlah Yosafat dengan mukanya ke tanah. Seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem pun sujud di hadapan TUHAN dan menyembah kepada-Nya.

Pada saat Tuhan mengatakan : Jangan takut kepada kita, bagaimana reaksi kita setelah kita mendengarnya? Ada yang mengatakan pasti dong tidak takut lagi, namun setelah beberapa saat ia mulai mengalami ketakutan lagi. Ada yang mengatakan ya percaya saja, tetapi kenyataannya orang ini sibuk mencari bantuan orang lain yang dianggap sanggup untuk menolongnya. Ada juga yang mengatakan perlu bukti terlebih dahulu untuk mempercayai Tuhan dalam hidupnya.
*courtesy of PelitaHidup.com
Ada hal hal yang perlu Anda simak dan perhatikan di bawah ini :
Pada saat Yosafat menerima Firman Tuhan yang mengatakan jangan takut karena yang berperang bukan mereka, Yosafat berani untuk mempercayainya bahwa apa yang Tuhan nubuatkan lewat hambaNya itu adalah pasti! Dan ketika Yosafat berani mempercayai Tuhan, ia melihat dan mengalami betapa Tuhan juga membuktikan kepadanya bahwa Ia dapat dipercaya dengan menggenapkan FirmanNya pada Yosafat.
Perhatikan lanjutan dari bacaan Alkitab dalam 2 Tawarikh 20:22 Ketika mereka mulai bersorak-sorai dan menyanyikan nyanyian pujian, dibuat TUHANlah penghadangan terhadap bani Amon dan Moab, dan orang-orang dari pegunungan Seir, yang hendak menyerang Yehuda, sehingga mereka terpukul kalah. Lihat apa yang Tuhan Firman kan, Dia buktikan bahwa yang berperang adalah Dia sendiri, bahkan lihat yang terjadi pada bangsa Moab dan Amon tersebut dalam 2 Tawarikh 20:23 Lalu bani Amon dan Moab berdiri menentang penduduk pegunungan Seir hendak menumpas dan memunahkan mereka. Segera sesudah mereka membinasakan penduduk Seir, mereka saling bunuh-membunuh.
Ketika Tuhan menjanjikan Abraham akan menjadi bangsa yang besar, dan menyuruh Abraham keluar dari tanah kelahirannya, untuk masuk ke tanah yang Tuhan janjikan. Saat itu tidak ada tanda apapun, yang pasti Abraham hanya berani melangkah untuk percaya pada TUhan. Hal itu terbukti bahwa Tuhan tidak menelantarkan Abraham dan seluruh rombongan yang mengikutinya. Tuhan menuntunnya, memeliharanya dan menggenapkan janjiNya dengan memberikan keturunan kepada Abraham dan menjadikannya benar benar menjadi bangsa yang besar seperti yang Tuhan Firman-kan kepadanya.
Jika demikian luar biasanya Tuhan, mengapa kita tidak mau mempercayakan seluruh hidup kita padaNya? Karena apa yang Tuhan janjikan, apa yang Tuhan katakan dalam FirmanNya pasti digenapi! Oleh sebab itu, jika Tuhan mengatakan dalam FirmanNya dalam Mazmur 110:1, Demikianlah firman TUHAN kepada tuanku: “Duduklah di sebelah kanan-Ku, sampai Kubuat musuh-musuhmu menjadi tumpuan kakimu”. Jika kita diperhadapkan dengan tekanan yang berat atas situasi sekeliling kita, sakit penyakit yang menekan, orang yang mau mencelakakan kita, mengapa kita tidak menghampiri tahta Tuhan, duduk diam di dekatNya, memuji dan muliakan Dia? Biarkan Dia yang mengerjakan bagi kita membuat musuh-musuh kita sampai dijadikan tumpuan kaki kita.
*courtesy of PelitaHidup.com
Jika Tuhan mengatakan : “ janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan. “ Yesaya 41:10, mengapa kita harus takut? Percayakan saja hidup kita pada Tuhan, karena yang membawa kemenangan bukan kekuatan kita tetapi Tuhan sendiri yang membawa kemenangan kepada kita. Luar aiasa, Allah kita memang sungguh dapat dipercaya!
Jika Tuhan mengatakan: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu”, Matius 11:28. Mengapa Anda tidak datang kepadaNya ketika Anda merasakan kelemahan? Jika Yosafat , Abraham dan yang lain telah membuktikan bahwa ketika mereka berani mempercayai Tuhan, maka mereka bisa menikmati hasil yang hebat dan luar biasa yang Tuhan kerjakan bagi mereka. Mengapa Anda tidak berani percaya kepadaNya? Ingat Dia katakan bahwa Anda dapat mempercayaiNya, dengan sepenuh hati! Mari percayakan Tuhan untuk hidup Anda, pekerjaan Anda, bisnis Anda, karier Anda, keluarga Anda : orang tua – anak – suami – istri Anda, sekolah Anda, masalah / persoalan yang Anda hadapi, kelemahan Anda, mungkin saat ini Anda sakit – percayakan penyakit Anda pada Nya. Karena Ia sanggup melakukan perkara yang jauh melebihi apa yang dapat Anda pikirkan.(Gbu)(sumber)

Yohana Anakku, Karya Ajaib Tuhan

Sore itu Yohana, putri bungsu pasangan Iwan Darmawan dan Retno sedang bermain di atap rumah seorang diri, tak pernah seorangpun menduga anak kecil tersebut bisa terlempar kebawah dan tidak sadarkan diri.
Saksi mata kejadian, Ibu Ariyani yang adalah tetangga korban mendengar suara benturan keras saat Yohana jatuh.
"Saya denger suara ‘gubrak' kaya suara motor tabrakan gitu... Ibu langsung ke depan. Dilihat disitu, Yohana jatuh. Kira ibu mah.. tangan yang patah. Tapi yang kena kan kepala," demikian tutur Ibu Ariyani menceritakan kejadian naas tersebut.

Saat itu Yohana dibawa oleh warga yang berada dekat lokasi kejadian kerumahnya. Ibunya, Retno yang tidak tahu apa yang terjadi dengan anaknya histeris kebingungan.
"Yohana..Yohana... bangun Yoh..ini mami Yoh...Ini Mami...," demikian cerita Ibu Retno mengingat kejadian itu.
Sang ayah yang masih bekerja di pabrik segera di hubungi oleh sang kakak.
"Halo.. ada apa ini?" tanya Iwan.
"Papi pulang..Papi pulang...!" seru sang kakak dengan histeris.
"Kenapa? Papi lagi kerja.."
"Hana jatuh pi.."
"Saya pikir ya jatuh biasa.. lah namanya juga anak-anak. Anak saya ini juga aktif sekali," demikian jelas Iwan.
Iwan mematikan HPnya. Namun tak berapa lama kemudian HP Iwan kembali berdering, anaknya kembali memintanya segera pulang.
"Hati saya jadi ngga enak.. saya jadi pengen segera pulang."
Iwan segera minta ijin dari kantornya dan langsung pulang. Sementara dirumah, sang istri dalam keadaan kebingungan melihat kondisi anaknya yang tidak sadarkan diri.
"Saya goyangkan mukanya dan bilang.. ‘Yoh.. ini mami..ini mami..' tapi dia hanya diam.. bikin saya bingung."
Tak lama kemudian Iwan sampai dirumahnya. Sang istri berseru histeris sambil memperlihatkan anaknya. Iwan melihat anaknya yang pingsan sempat kaget, dia berusaha menenangkan dirinya. Belum juga ia menenangkan dirinya, istrinya berseru memberitahukan keadaan kepala anaknya yang tidak normal.
"Papi.. kepalanya dekok..."
Iwan menyentuh pelan-pelan kepala anaknya, dan menemukan ada bagian kepala anaknya yang menonjol kedalam. Dan setiap kali disentuh, sang anak menangis. Iwan pun makin panik dan menhubungi ibunya dan menceritakan apa yang menimpa anak kesayanganya tersebut.
"Ibu.. Hana jatuh dan muntah bu..." teriak Iwan melalui telephone kepada ibunya.
"Cepat bawa kerumah sakit..kelihatannya dia gagar otak"
"Iya bu..iya bu..."
Mendengar anaknya gagar otak, Iwan dan Retno makin panik.
"Saat itu saya baru sadar.. posisi mulut anak saya sudah ketarik kesini," Iwan memperagakan posisi mulut anaknya yang sudah mulai tertarik kesamping.
"Saat itu saya kuatir, anak saya akan jadi seperti apa. Hati saya sakit."
Pertolongan yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. Mobil temannya untuk membawa Yohana kerumah sakit akhrinya sampai. Tak ingin keadaan anaknya bertambah parah, mereka melarikan Yohana ke sebuah rumah sakit. Saat itu kenangan akan anaknya yang aktif muncul dalam ingatan Iwan.
"Kalau saya pulang, dia bukain pintu saya..."
Namun tiba-tiba Yohana muntah untuk kedua kalinya. Tapi secara mendadak, mulut Yohana yang tadinya miring, sudah kembali normal.
"Dan kepala yang tadinya saya pegang dekok, gembung. Saat itulah saya menangis."
Begitu tiba dirumah sakit, ternyata rumah penuh sesak dengan pasien. Beruntung seorang perawat membantunya mendapatkan sebuah tempat tidur.
"Yohana ditaruh disitu.. Cuma ditaruh aja.."
Iwan mencoba bertanya pada dokter disitu,
‘Ini gimana dokter?'
‘Coba bapak ke administrasi untuk mendaftarkan Yohana sebagai pasien disitu.'
Iwan sempat bingung karena dia tidak membawa uang. Uang yang ada hanya dua puluh ribu.
"Linda, teman saya tahu bahwa saya kebingungan. Tanpa permintaan, dia mengambil dompet lalu mengeluarkan uang. ‘Nih.. kamu pegang dulu. Aku tahu kamu ngga punya uang.' Dia bilangnya begitu. Hal ini menjadi seperti sebuah harapan baru buat saya. Saya langsung lari keruang pendaftaran. Saya sekali daftar Rp.60.000.-"
Setelah mendaftarkan Yohana sebagai pasien dirumah sakit itu, Iwan berharap anaknya dapat segera mendapat pertolongan yang serius.
"Cuma dipegang sedikit, dan sempat ditanya."
‘Ini kenapa?'
‘Oh.. ini jatuh dari lantai dua. Lalu muntah-muntah.'
‘Muntahnya berapa kali?'
‘Muntah dua kali.'
"Lalu setelah itu ditinggal lagi."
Tak lama kemudian, Iwan diberi surat rujukan agar Yohana segera di rontgen. Setelah di rontgen, tiba-tiba saja Yohana sulit bernafas dan kondisinya kian melemah.
"Nafasnya agak putus-putus, saya samperin dokternya dan bertanya, ‘Ini gimana?' ‘Pak tolong jaga kesadarannya, kalau ngga, ngga ketolong lagi.'"
Saat itulah ibundanya menelephon menanyakan keadaan cucunya.
"Halo wan.. Gimana keadaannya?"
"Iya bu.. ini baru selesai di rontgen bu.."
"Sudah di scaning otak belum?"
"Untuk apa bu?"
"Harus wan... harus discaning otak.." demikian permintaan ibunya.
Iwan pun menemui perawat untuk meminta anaknya di scaning.
"Emang bapak mampu bayarnya?" tanya perawat itu.
"Memang berapa sih harganya?"
"Enam ratus ribu pak.."
Saat itu Iwan hanya memegang uang tiga ratus ribu rupiah, namun ia meyakinkan dirinya bisa membayar biaya scaning otak anaknya. Ketika tiba di bagian kasih dan harus membayar, disinilah pertaruhan iman Iwan diuji.
"Saya sodorin..." saat itu Iwan tampak kebingungan.
Tiba-tiba adiknya datang. Pertolongan yang dibutuhkannya muncul tepat pada waktunya. Adiknya memberikan pinjaman untuk membayar scaning tersebut.
"Wah.. ini berbahaya pak. Ada pembekuan darah di otak dan ada darah yang menggumpal yang mendesak otak. Ini harus segera di operasi. Bawa surat rujukan saya ini ke bank darah," demikian ungkap dokter saat melihat hasil scan tersebut.
Harapan Iwan untuk mendapatkan darah dengan segera ternyata sia-sia. Ia bahkan dianjurkan untuk meminta darah ke PMI dan tanpa disangkanya, ia bertemu dengan kawan lamanya yang menolongnya untuk ke PMI.
"Dia bawa mobil, dan dianter ke PMI. Di PMI dilihat darah yang dibutuhkan ngga ada."
Tidak percaya dengan hasil tersebut, teman Iwan minta agar diperiksa ulang, ternyata ada satu kantong darah yang sesuai dengan golongan darah Yohana. Namun kendala demi kendala harus dialami oleh Iwan.
"Darah ini baru bisa digunakan besok pukul lima pagi," kata bagian bank darah.
Iwan memberitahu dokter yang menangani Yohana tentang hal ini.
"Ngga bisa, harus sekarang. Jam satu ini harus segera dipakai."
Namun pihak bank darah tetap tidak bisa mengijinkan, karena jika dipaksakan bisa berbahaya bagi pasien. Iwan akhirnya berkonsultasi kembali dengan dokternya, dan sang dokter menghubungi bank darah untuk segera mempersiapkan darah yang diminta.
"Ruang operasi siapin."
Suster saat itu memberitahu dokter bahwa Yohana masih di nomor urut enam puluh, namun dokter menyatakan bahwa hal ini darurat dan harus segera ditangani.
"Saya tanya ke beberapa suster, ‘Ini kalau gagal gimana?' Suster menerangkan, pertama bisa meninggal, kedua dia bisa terbelakang mentalnya. Saya tanya minimal berapa lama baru bisa pemulihan, dijawab minimal satu minggu baru bisa masuk bangsal pemulihan. Apa lagi kalau operasi otak."
Ibu Ratna hanya bisa menerima nasihat sang suster untuk terus berdoa.
"Ya berdoa saja, semoga berhasil. Kalau berhasil, itu mah mukjizat. Kami ngga kepikiran gimana-gimana, kami cuma bilang, ‘Tuhan, kami serahkan Yohana."
Saat itulah keluarga itu bergumul dengan Tuhan. Tak lepas, doa-doa dipanjatkan sepanjang masa operasi berlangsung. Mereka berharap penuh pada Tuhan, karena mereka tahu pengharapan mereka tidak akan sia-sia.
"Operasi berjalan dengan baik, Hana baik-baik saja," demikian berita dari dokter yang membuat seluruh keluarga itu merasakan kelegaan yang luar biasa.
"Seneng, bingung, semuanya campur baur," ungkap Retno.
Pemulihan Yohana berlangsung dengan cepat berkat campur tangan Tuhan. Dalam waktu tiga hari Yohana sudah dipindahkan ke bangsal pemulihan. Bahkan dalam waktu enam hari, Yohana sudah belajar berjalan kembali dan ingin kembali bersekolah.
"Yang pasti saya sangat senang ya... Wah ini dasyat! Ini mukjizat yang luar biasa!" demikian ungkap Iwan.
Saat ini Yohana sudah benar-benar sembuh. Bahkan dia mengalami banyak kemajuan jauh dari keadaan sebelumnya.
"Kemajuannya, dia ngga trauma. Tetap main, aktif. Tadinya dia belajar membaca belum lancar, begitu sembuh, anehnya dia langsung bisa lancar membaca. Tuhan menolong sebegitu luar biasanya. Yang harusnya membutuhkan waktu sangat lama, namun dalam waktu dua minggu anak saya sudah kembali ke sekolah,"demikian Iwan menceritakan kemajuan pemulihan putrinya.
Ibunya tak kalah bangga akan kesembuhan Yohana, "Banyak omong, lebih cerewet, lebih lincah. Semua itu Tuhan ijinkan untuk mendatangkan kebaikan bagi kita."
"Mungkin kita tidak peduli dengan hidup kita, tetapi Yesus itu sangat peduli," tandas Iwan.
"Terima kasih Tuhan Yesus, Yohana sudah sembuh," demikian Yohana menutup kesaksian keluarga ini.(Sumber)
(Kisah ini ditayangkan pada 13 Januari 2010 dalam acara Solusi Life di O Channel).
Sumber Kesaksian : Iwan & Retno Darmawan

Ada Kesembuhan Bagi Mereka Yang Percaya Kepada Allah

Malam itu, Pradjarto dan Titik yang sedang menonton sebuah program di televisi dikagetkan oleh sebuah telepon yang berasal dari anaknya yang ada di Belanda.
"Anak saya memberitahukan kalau si Aas sakit, sakitnya bukan main-main. Sakitnya keras,” ujar Titik.
Aas adalah seseorang yang dikirim Titik dan Pradjarto ke Belanda untuk membantu Mia dan Heru, anak dan menantu yang baru dikarunai anak seorang putera.
“Disana baru seminggu, langsung sakit. Padahal dari sini sehat sekali, tidak ada masalah,” kata Pradjarto dengan wajah keheranan.

“Permulaan biasa aja, panas sedikit, panas sedikit lama-lama 3 hari dia sudah tidak bisa apa-apa. Ya, dalam keadaan seperti koma ya sehingga waktu dibawa ke rumah sakit di Belanda, udah langsung masuk di ICU dan diperiksa HB-nya hanya 3,” tambah Titik.
Beruntung bagi Aas, nyawanya tetap tertolong walaupun sebenarnya pihak dokter di Belanda bingung dengan virus yang diderita oleh Aas. Menurut mereka, virus ini belum pernah diketemukan di Belanda.
Dalam kebingungan dan kepanikannya, Pradjarto teringat akan program Solusi yang pernah ia tonton dan saat itu Pradjarto pun mencari program Solusi melalui tv kabel.
“Kebetulan saya coba setel-setel, dapat Solusi itu. Ada nomor teleponnya. Langsung saya telepon. Beberapa lama saya coba sms ke Solusi dan mendapat jawaban, ‘Jangan khawatir karena dia akan sembuh, tidak akan terjadi apa-apa'. Akhirnya saya agak tenang dan begitupun dengan istri saya” ujar Pradjarto.
Keesokkan harinya, Pradjarto dan Titik mendapat berita yang mengagetkan dari anaknya di Belanda. Kondisi Aas mulai membaik dan membaik. Hanya dalam waktu sepuluh hari, ia sudah bisa dibawa pulang ke rumah.
“Saya mengucap syukur betapa besarnya kuasa Tuhan Yesus. Terima kasih Tuhan atas mukjizat yang kamu berikan kepada kami sekeluarga,” kata Titik menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 3 Mei 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).(Sumber)
Sumber Kesaksian:
Pradjarto dan Titik Palupi

Pungky, Orang Gila Yang Disembuhkan Tuhan

Ketamakan dan keinginan untuk menjadi lebih kaya, seringkali bisa menjerumuskan seseorang. Hal inilah yang dialami oleh Pungky Yahya, ketamakannya akan kekayaan membuatnya berujung pada penyakit jiwa atau gila. Berawal dengan ketidakpuasan atas penghasilannya, Pungky mencoba peruntungannya di bisnis perjudian.
"Jadi ada beberapa bandar judi dari Medan datang ke Bandung minta tolong sama saya. Karena saya punya hubungan yang kuat di Bandung ini, bos-bos itu minta saya jadi pengelolanya, jadi bagi keuntungan. Berawal dari kecil-kecilan, dari cuma 20 mesin, 50 mesin, 70 mesin sampai ratusan mesin bahkan sampai 1000 mesin," demikian cerita Pungky mengisahkan awal kehancuran hidupnya.

Bagi Pungky saat itu, judi dan narkoba seakan menjadi jantung kehidupannya. Namun bisnis haram tersebut akhirnya mulai tercium oleh aparat kepolisian.
" Saya sudah curiga kalau saya itu mau dijebak. Anak buah saya juga sudah curiga kalau ada oknum kepolisian yang mau menjebak saya. Dari narkoba tidak terbukti, akhirnya lari ke masalah perjudian. Tempat perjudian saya di acak-acak."
Pungky ditangkap di lokasi perjudiannya, namun dia tidak bisa terima atas tindakan polisi tersebut. Saat itu Pungky protes, "Saya ditangkap atas dasar apa?!! Mereka juga tidak bisa menjawab, pokoknya saya ditangkap dan dibawa ke Polwiltabes waktu itu, bersama adik saya dan keluarga saya yang lain."
Pungky harus menelan pil pahit akibat perbuatannya itu, ia harus mendekam di balik jeruji besi. Saat kasusnya diajukan ke pengadilan, Pungky melampiaskan kekesalannya kepada aparat penegak hukum.
" Pada saat itu ketua pengadilan negerinya itu kenal baik sama saya, karena saya sering berurusan sama polisi, sering dihukum sama dia. Sehingga pada saat saya diperhadapkan dalam persidangan, dia itu bilang ‘kamu lagi..kamu lagi..' Lalu saya tanya, ‘Pengadilan ini bagaimana? Saya kok dijerumusin. Kenapa yang lain ngga ditangkap? Kuncinya, kenapa saya yang dikorbanin? Kalau mau dikorbanin, ok.. tapi yang lain harus ditangkap. Saya siap dengan hukuman seumur hidup juga. Liat saja sidang berikutnya nanti. Kalau sampai saingan saya diluar tidak ditangkap, saya akan bikin ulah.' Dia menjawab, ‘oo...berani kamu?' Saya jawab, ‘Berani!' Minggu depannya saya buktikan, waktu sidang itu saya marah-marah. Saya ambil kursi, saya bantingin ke meja sidang. Saya ambil pembatas sidang, saya patahin, saya ancurin, baloknya saya lemparin ke muka hakim, ke jaksa... Pokoknya hari itu jadi heboh, dan ruang sidang itu hancur. Saya diringkus dan dijebloskan ke penjara. Dan perkaranya bertambah, perkaranya jadi perusakan barang-barang peradilan dan penghinaan peradilan. Karena itu saya berpikir sudah sudah berakhir kehidupan saya. Ujung-ujungnya pasti hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup. Saya sudah putus pengharapan, benar-benar sudah tidak ada jalan keluar untuk hidup saya."
Saat hukuman dijatuhkan dan Pungky harus menjalani hari-harinya dipenjara, hatinya dipenuhi dendam terhadap para saingannya.
"Benar-benar saya ingin balas dendam. Saya iangin bunuh semua orang itu. Bahkan sewaktu dipenjara, saya tulis nama-nama orang yang akan jadi target operasi saya. Saya tulis dan berkata kalau saya pulang nanti saya akan buat perhitungan."
Namun masalah Pungky bukan hanya dendam dan sakit hati yang dia rasakan. Di penjara yang sempit dan pengap itu, kekuatiran dan ketakutan juga menghantui hidup Pungky.
"Saya benar-benar stress berat. Teman-teman saya ninggalin, keluarga juga harus tetap dibiayai, tapi saya juga tidak tahu harus gimana. Hutang saya juga dimana-mana dan banyak. Selain itu keluarga sepertinya kecewa, sehingga mereka seperti tidak mau mengakui dan tidak mendukung keberadaan saya. Saya jadi seperti merasa kesepian. Dengan problem begitu banyak, saya rasanya tidak sanggup menghadapinya. Saya tidak sanggup lagi secara manusia, lebih baik mati."
Hidup tidak lagi menjadi tujuan bagi Pungky, harapannya yang hampa membuatnya lebih memilih jalan menuju maut.
"Saya sering minum pil, pernah minum pil epilepsi yang jumlahnya ratusan, saya ingin menghilangkan rasa sakit dan ingin bunuh diri. Tapi saya lolos juga, saya tidak sampai mati."
Menyadari bahwa pil-pil itu tidak membunuhnya, Pungky mencoba jalan lain untuk mengakhiri hidupnya.
"Berulang-ulang minum saya minum racun, ingin mati. Tapi sepertinya Tuhan tidak ijinkan. Jadi saya malu sendiri. Saya juga bingung, saya ini punya kekebalan apa, kok saya tidak mati-mati? Pada saat itu yang saya pikirkan ini hidup saya dipenjara, inilah pilihan saya, tidak mungkin saya bisa keluar dari penjara."
Sungguh keadaan itu menjadikan membuat jiwa dan raga Pungky tersiksa. Narkoba pun akhirnya menjadi jawaban atas kegalauan hatinya, yang berlahan-lahan melumpuhkan akal sehatnya.
"Karena saya itu konsumsi narkoba cukup banyak, kalau orang lain make ekstasi satu, saya bisa dua belas, bisa dua puluh. Hal itu mernyebabkan saya mengalami halusinasi dan paranoid. Jadi saya tidak bisa bergaul dengan orang. Karena saya liat lampu seperti liat polisi. Liat pintu seperti seperti liat orang yang mau pukul saya. Sehingga saya itu banyak ngomong sendiri, saya nangis sendiri, kadang tertawa sendiri. Jadi orang menganggap saya sudah gila."
Kondisi Pungky semakin tidak stabil, terkadang Pungky pun berperilaku abnormal.
"Kondisi saya waktu ngga normal itu sering aneh-aneh. Makan rumput, makan tanah, minum air selokan. Kadang-kadang kotoran-kotoran saya kumpulin saya makan. Pada saat itu saya bingung, saya ngga ngerti. Tapi waktu ada yang memberi tahu saya, saya baru sadar, dan bertanya ‘kenapa begitu?' Hal itu membuat saya menyadari bahwa saya tidak normal, tidak normalnya 90% dan normalnya hanya 10%. Pada saat itu saya tidak punya pengharapan lagi untuk bisa hidup normal, sehingga saya jalani saja kehidupan penjara begitu saja."
Berkat bantuan temannya, Pungky pun dibebaskan dari penjara. Dalam kondisi belum pulih benar, Pungky kembali terperosok dalam dunia narkoba.
"Pada saat keluar penjara, saya bukannya tambah baik, saya tambah gila. Saya gabung lagi dengan anak-anak narkoba, saya pake lagi. Akhirnya saya terjerumus lagi makin dalem, saya makin kongslet."
Kondisi mental Pungky semakin memburuk, ulahnya membuat para tetangganya sering ketakutan.
"Kalau saya stress, sebenarnya tetangga tidak mencela atau menghina saya, tapi saya merasa mereka menghina saya. Saya keluar marah-marah sambil bawa parang. Pos hansip itu saya obrak-abrik, setiap rumah saya gedor-gedor. Sehingga pada waktu itu di lingkungan rumah mama saya ketakutan. RT, RW, lurah, camat, dan hansip ketakutan, ada orang gila dari mana. Sampai berapa kali saya juga di grebek sama polisi, tapi mereka juga maklum, mereka bilang, ‘Ini mah China gelo. Udah aja.. biarin aja..'"
Sungguh tragis nasib Pungky, saat raganya mengalami kebebasan. Namun jiwanya terperangkap dalam kegelapan.
"Saya keluar dari penjara seperti orang yang hidup sendirian. Ngga ada yang peduli dengan saya, mereka jijik bergaul dengan saya. Keluarga juga stress dengan keadaan saya, mereka juga malu dengan keadaan saya. Bagi mereka tidak mungkin saya bisa sembuh. Ngga mungkin saya bisa bertobat dan pulih, hal itu mungkin ngga pernah terpikirkan sama mereka."
Saat tidak ada lagi yang memperhatikan keberadaan Pungky, narkoba terus merusak kehidupannya. Namun tiba-tiba seorang teman datang, dan membawa Pungky keluar dari tempat itu.
"Saya lagi nyabu dan waktu itu tiba-tiba Aan datang dan ngajak saya ke Tasik, untuk diobatain. Saya mau aja ngikutin dia. Akhirnya Aan mengajak saya ke gereja, dan disana saya didoakan. Disana saya merasakan di jamah Tuhan. Saat itu saya baru mengerti, saya itu butuh Tuhan. ‘Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup,' demikian katanya. Saya merasa kalau saya itu diujung kematian, mulai saya tertarik untuk mempelajari siapa itu Yesus. Kalau lagi normal, saya itu semangat sekali. Saya merasakan benar-benar sukacita. Namun semua itu belum tuntas, prosesnya itu butuh waktu."
Walau tingkat kesadarannya masih mengalami pasang surut, namun dari dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Pungky menginginkan suatu perubahan terjadi dalam hidupnya.
"Beberapa bulan kemudian, saya mulai normal lagi. Saya merasa, aduh hidup saya kalau terus-terusan seperti ini, kayanya tidak ada artinya. Saya pulang kerumah, saya minta maaf sama mama saya, saya minta maaf sama kakak saya, saya minta maaf sama adik-adik saya. Mulai saat itu saya merasakan sesuatu yang aneh, lihat gambar Yesus saya nangis. Foto Yesus saya peluk, saya nangis. Saya dikamar nangis minta ampun, saya minta Tuhan bisa ampunin saya, karena saya merasa dosa saya banyak. Saya banyak menyendiri, dengerin kaset. Adik saya kasih buku rohani buat saya baca. Saya denger pujian sepanjang hari, nangis minta ampun sama Tuhan. Saya ingin keluar dari kehidupan seperti itu . Tuhan lihat hati saya, lihat kerinduan saya yang benar-benar mencari wajahnya, sehingga waktu itu dari tahun ke tahun saya dipulihkan dengan luar biasa."
Dalam keadaan yang belum pulih total, Pungky mengikuti suatu pelajaran di sebuah institusi. Dan di tempat itulah Pungky mengalami suatu mukjizat.
"Seperti ada aliran yang menjamah pikiran saya. Dari yang sebelumnya beku, saya jadi normal. Saya langsung makin semangat, saya menggebu-gebu dan yakin kalau saya sudah diampuni dosanya. Saya dipulihkan."
Mengingat semua hal yang pernah terjadi dalam hidupnya, Pungky sangat mengucap syukur.
"Saya benar-benar sangat mengucap syukur dan berterima kasih pada Tuhan Yesus yang telah mengampuni saya, yang mengasihi saya, yang mempersiapkan hidup yang baik, hidup yang berkenan, sehingga saya bisa menjadi saksi, saya bisa jadi alat, saya bisa membawa banyak orang datang kepada Tuhan lewat kesaksian hidup saya yang begitu buruk."
Berkat kuasa Tuhan yang begitu ajaib, Pungky bisa hidup dengan normal. Dan Pungky telah membuat sebuah keputusan penting dalam hidupnya.
" Kalau dulu saya jadi ujung tombak iblis, sekarang saya adalah ciptaan baru, saya ingin jadi ujung tombak dari Tuhan Yesus. Kurang lebih saya ingin balas dendam, kalau dulu saya meracuni generasi dengan narkoba dan judi, hari ini setelah saya ditebus Tuhan, saya ingin buat mereka kembali ke jalan Tuhan. Kalau saya dipanggil Tuhan dan diampuninya. Saya percaya semua orang di dunia ini juga butuh Tuhan Yesus."
Hari ini Pungky Yahya menjadi salah seorang pendiri panti rehabilitasi Pondok Anugrah, tempat menampung para penderita gangguan jiwa. Ditempat itu banyak terjadi banyak mukjizat, dimana orang-orang yang berlatar belakang sama sepertinya disembuhkan. (kisah ini ditayangkan 8 April 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel) Sumber Kesaksian: Pungky Yahya (sumber)

Bangkit Setelah 4 Hari Dianggap Mati

Rismanto sedari remaja sudah menjadi orang yang sangat nakal. Perbuatannya yang suka mencuri uang dan telur peliharaan ayahnya kerap membuatnya dia harus dihukum. Bukan dengan tamparan sang ayah akan menghukum, tetapi dengan ikat pinggang. Sabetan demi sabetan membuat badannya begitu kesakitan. Ayahnya pun tak segan-segan menghukumnya di depan anggota keluarga lainnya yang membuat di dalam dirinya timbullah dendam dirinya untuk membalas semua perbuatan sang ayah.

Menunggu waktu itu datang, amarah dan dendam yang dipendam oleh Anto kepada ayahnya dilampiaskannya di luar rumah. Ia bergaul dengan lingkungan anak-anak yang tidak baik, jorok, dan nakal. Hari-harinya diisi dengan mabuk-mabukkan. Menurutnya, inilah komunitas yang bisa menerima dia. Keluarga yang seharusnya menjadi orang terdekat baginya malahan adalah orang-orang tidak pernah percaya akan dirinya. Hal inilah yang membawanya senang hidup di dalam dosa.
Perbuatan Anto dan teman-temannya semakin hari semakin brutal dan begitu meresahkan masyarakat di lingkungan sekitarnya.
"Ada mobil lewat, saya cegat, saya hajar itu mobil, saya pecahkan itu mobil sehingga banyak masyarakat yang resah disana. Gak ada punya pikiran pengen jadi orang seperti ini atau seperti ini," ujarnya.
Anto pun tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulut ibunya sendiri ketika ia sedang menuju ke ruang ibunya yang sedang berdoa. "Ia bilang, ‘Tuhan cepat ambil nyawa anak saya karena dia telah meresahkan cukup banyak orang' Bukannya mengubah, tetapi dia justru sama saja. Ia tidak menyukai saya, jadi untuk apa lagi saya hidup benar kalau semua orang tidak menyukai saya."
Hatinya hancur, Anto semakin liar. Karena begitu terkenal dengan kenakalannya, Anto diundang dalam sebuah pesta narkoba.
"Hari itu saya ingat malam minggu. Pesta dimulai jam 8 malam. Di atas meja itulah ada obat-obatan, minum-minuman dan jumlahnya cukup banyak. Saya langsung ambil 8 nih karena saya pingin disebut super kan hari itu. Kan khusus datang dari Bandung. Minum kan diteguk aja gitu tanpa dihitung lagi. Ambil lagi, nih...nih.. Mungkin karena terlalu banyak mengonsumsi dalam waktu yang singkat ya langsung minum atau telan, saya pingsan, gak sadarkan diri."
Rekan-rekan satu mabuk dengan Anto, pergi meninggalkannya karena kebingungan. Mereka begitu ketakukan karena dipikir dirinya sudah meninggal jadi mereka menyembunyikan dirinya di ujung kursi tamu dimana mereka waktu itu sedang berpesta minuman keras dan obat-obatan terlarang agar terlepas dari tanggung jawab.
Selama empat hari Anto tidak sadarkan diri, bahkan sudah dianggap mati. Namun dia seakan tidak peduli akan kematian dan semakin menjadi-jadi.
"Bukannya bertobat, justru saya semakin menjadi. Saya semakin terus mabuk dengan minuman yang lebih dari hari-hari sebelumnya. Saya terkapar hari itu di depan pintu kamar saya karena di paviliun. Saya sudah tidak sanggup lagi untuk buka pintu. Saya bangun siang, buka pintu, lalu pindah ke dalam, saya lanjutkan tidur saya disitu dan saya baru bangun sore." Ungkapya.
Anto begitu terkejut saat dia terbangun ada seseorang yang duduk di samping tempat tidurnya. Pria yang usianya lebih muda darinya itu pun mengajak dirinya bertobat dan berbalik kepada Tuhan.
"Saya kaget, kok ada orang ini disini. Terus dia bilang, ‘inilah saatnya untuk saya bicara kepada abang, "Bang, kayaknya hari ini adalah hari yang tepat abang untuk bertobat. Saya hanya ingin abang mau berdoa , jadi abang jangan tolak' Dan dia doakan saya waktu itu. Orang ini benar-benar mengasihi saya, orang ini betul-betul memperhatikan saya, orang ini betul-betul peduli kepada saya. Tidak seperti keluarga saya kemarin. Tidak ada satu pun yang tidak peduli kepada saya. Tidak ada satupun yang mengasihi saya"
Selama dua tahun pria tersebut setia membimbing Anto. Melalui kasih dari pria tersebut, Anto pun dapat mengenal dan merasakan kasih Tuhan. Kasih dan pengampunan yang telah diterimanya dari Tuhan pun akhirnya memampukannya melakukan sesuatu yang tidak terpikirkan sebelumnya.
"Ketika saya lihat ayah saya yang ada di Kalimantan, saya rindu. Dulu saya benci ketemu sama dia, sekarang saya rindu ketemu sama dia. Kerinduan itu saya tulis dalam surat. Saya katakan, ‘Saya rindu Bapak. Kapan Bapak pulang? Saya ingin bertemu dengan Bapak karena saya sudah mengampuni dia. Tidak lagi dia sebagai ayah yang kejam bagi saya, tetapi betul-betul ayah yang saya butuhkan dari dia. Dari surat-surat yang dia kirim kepada saya, saya merasakan kasih sayang dia. Aduh, luar biasa dia ternyata dia Ayah mengasihi saya"
Untuk membenahi hidup yang sebelumnya telah dia hancurkan sendiri, Anto memutuskan untuk kuliah. Dengan berbekal penghasilan sebagai pedagang asongan di lampu merah, ia pun dapat membayar uang kuliahnya ketika itu.
Usahanya tidak sia-sia, Anto lulus kuliah dengan prestasi yang cemerlang dan menjadi kebanggaan bagi keluarganya. Saat ini, Anto telah menjadi direktur pada perusahaannya sendiri, memiliki sebuah restoran bebek, rental mobil, dan memiliki sebuah lembaga bahasa asing, namun tetap menjadi pribadi yang rendah hati.
"Kehidupan saya dulu tuh ibaratnya seperti seekor kodok buruk, yang tidak mempunyai nilai, yang tidak disukai orang, bahkan kehadirannya dihindari orang ya karena jijik. Karena kasih sayang Tuhan Yesus, saya tidak lagi menjadi kodok buruk, tetapi seorang pangeran," ujar Rismanto mengakhiri kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 22 Februari 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel). Sumber Kesaksian: Rismanto (Sumber)