Senin, 26 Juli 2010

Hanya Hari Minggu

Bacaan hari ini: 1 Tesalonika 4:1-12
Ayat mas hari ini: 1 Tesalonika 4:1
Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 37-39; Kisah Para Rasul 26

Seorang pendeta mengibaratkan banyak orang kristiani seperti majalah Time, yang membagi hidup mereka menjadi banyak “rubrik”, dengan “rubrik” religius hanya setengah halaman—itu pun di bagian belakang. Yakni orang kristiani yang menjalankan kehidupan kristianinya hanya pada hari Minggu, sementara pada hari-hari lain mereka jauh dari cara hidup kristiani. Ironis memang, tetapi ini kenyataan.

Pada hari Minggu, orang kristiani berbondong-bondong memadati gereja. Namun, pada hari Senin sampai Sabtu, orang begitu terfokus pada pekerjaan yang menumpuk dan jadwal yang padat, hingga tak terpikir untuk menyertakan Tuhan.
Paulus mengingatkan kita supaya lebih sungguh-sungguh berusaha memiliki hidup yang berkenan kepada Allah. Setiap hari, setiap saat, kita harus melakukan kehendak Allah dengan hidup kudus, karena untuk itulah Allah memanggil kita (ayat 3,7), bukan hanya pada hari Minggu atau hari tertentu. Mungkin ada yang berpikir bahwa Minggu adalah harinya Tuhan, maka harus beribadah dan hidup kudus. Namun, hari lain merupakan hari mereka sendiri, hingga mereka bebas berbisnis dengan cara apa pun, dan bebas mencari hiburan sesuka hati. Tak ada peraturan atau hukum religius yang dapat membatasi, termasuk Tuhan. Padahal, andai Tuhan juga berlaku demikian, menemui dan menolong kita hanya di hari Minggu, betapa celakanya kita!
Hidup kudus seharusnya merupakan gaya hidup kita. Jadi, setiap hari kita harus mengizinkan Tuhan memimpin hidup kita. Dengan menempatkan kehendak Tuhan sebagai yang utama, sebenarnya kita sedang mendatangkan keuntungan bagi hidup kita sendiri, sebab di situlah kita akan mendapati hidup yang paling indah.(source)
TUHAN MENYERTAI KITA SETIAP HARI
LAKUKAN KEHENDAK-NYA SETIAP HARI

Wanita dan Dendam Di Hatiku

Sejak kecil Ferry telah ditinggal oleh ayahnya untuk selama-lamanya. Sang ibulah yang menjadi tulang punggung keluarga sehingga harus bekerja di tempat lain. Semenjak usia dini, Ferry telah diberi tanggungjawab untuk menjaga adik-adiknya. Ferry dapat melihat bagaimana hidup ibunya penuh dengan pergumulan yang terkadang sepertinya ingin menyerah untuk membiayai hidup dirinya maupun adik-adiknya.
Ibunya Ferry memang bukan orang yang memiliki pendidikan tinggi. Ketika Ferry ingin mengikuti les bahasa Inggris, makian dan kata-kata kasarlah yang terucap dari bibir ibunya sehingga menorehkan luka yang dalam di hati Ferry. Kekesalan dan kebencian yang dirasakan Ferry dilampiaskan Ferry di makam ayahnya. Cacian serta makian Ferry lontarkan di depan kubur sang ayah.
"Pertama-tama sih saya membersihkan makam papa sambil menangis. Habis itu saya maki-maki papa. ‘Apa artinya kamu, bisanya nyetak anak doank, tidak bertanggungjawab!!' Saya ludahi, saya tendangi makam papa di sana. ‘Kata orang dulunya kamu itu orang kaya! Kata orang dulunya papa itu orang hebat, tapi apa yang papa tinggalkan untuk kami? Hanya seperti ini!'," kisah Ferry. Dunia terasa tidak adil bagi Ferry.

Ketika Ferry menyaksikan teman-temannya bersenda gurau dengan ayah mereka, hal itu merupakan pemandangan yang menyakitkan baginya karena ia tak pernah mendapatkan sosok seorang ayah. Ferry sungguh-sungguh merasa kehilangan sosok seorang ayah. Ia tidak memiliki tempat mengadu ketika menghadapi masalah di sekolah, sedangkan ibunya hampir tidak pernah memiliki waktu bagi Ferry dan adik-adiknya. Rasa sayang Ferry terhadap sang ibu pun bisa dibilang hampir tidak ada.

Semua peristiwa itu menjadi kenangan pahit yang menggoncang jiwanya. Hal itu terus membekas dalam hatinya hingga Ferry tumbuh dewasa dan mengubah pribadi Ferry menjadi seorang yang kasar. Ia tidak lagi menghormati ibunya, bahkan tidak pernah lagi mau mendengarkan setiap perkataan ibunya. Apalagi perkataan ibunya seperti. "Mati saja kau!!" begitu sering terucap dari bibir ibunya.

Sebuah kejadian lain yang tanpa disadari membuat diri Ferry hancur. Sang adik pergi untuk selamanya akibat sebuah perkelahian. Ferry lah yang selalu dipersalahkan atas kematian adiknya. Bahkan ia disebut sebagai seorang ‘pembunuh' bagi adiknya. Hal itu begitu menyakiti hati Ferry. Tak ada seorangpun yang kuasa menolak kematian ketika ia datang menjemput. Demikian juga Ferry, ia merasa tidak ada hal lain yang dapat ia lakukan untuk menyelamatkan ataupun mengembalikan nyawa adiknya.

Dicap sebagai orang yang tidak berguna, membuat Ferry berusaha keras untuk membuktikan bahwa dirinya mampu. Namun upaya yang dilakukannya dianggap sebelah mata oleh sang ibu. Rasa sakit hati yang tertanam di hati Ferry semakin dalam. Sosok sang ibu pun tak ada lagi dalam diri Ferry. Kebersamaannya bersama sang pacar membuat Ferry kembali menemukan arti dan keberhargaan dalam hidup.

Namun hal itu tidak berlangsung lama. Sebuah kenyataan pahit harus siap untuk Ferry terima. Sang pacar ternyata memiliki cinta yang lain. Dendam dan kecewa terhadap ibu dan pacarnya membekas di hati Ferry. Niat untukmembalas semua perlakuan mereka terlintas dalam pikirannya. Ferry berniat menyakiti sebanyak mungkin wanita dan tidak akan pernah menghargai seorang wanita.

Untuk melampiaskan kekecewaannya, Ferry pun terjun pada kehidupan yang begitu liar. Meniduri banyak wanita adalah wujud untuk membalaskan dendamnya terhadap pacarnya. Ketika teman kencannya sudah dalam keadaan bugil, seringkali Ferry malah memaksa teman kencannya untuk berpakaian dan menutupi aurat mereka. Ferry sungguh-sungguh menunjukkan kemuakannya terhadap wanita.

Sekalipun tidak melakukan hubungan seks, menelanjangi dan melihat kepolosan tubuh wanita yang tidak ditutupi sehelai benang pun merupakan hal yang memuaskan hati Ferry. Dan hal itu sering ia lakukan sebagai wujud pelampiasan dendamnya terhadap ibu dan mantan kekasihnya.

"Kenikmatan buat saya lebih tepat dikatakan sebagai kepuasan. Karena setiap kali saya melakukan itu dengan dia, saya tidak ada perasaan sayang sama sekali, tidak ada perasaan mengasihi. Saya hanya ingin mempermalukan dan puas bila melakukan hal itu. Setelah melihat dia bugil seperti itu, saya pun langsung muak. Dan itu adalah sebuah kepuasan bagi saya. Saya sadar perilaku saya yang ingin menyakiti wanita itu adalah dampak dari apa yang dilakukan pacar saya dulu dan juga mama saya. Karena saya berpikir wanita itu jahat seperti mama saya dan pantas untuk disakiti," ujar Ferry.

Bertahun-tahun lamanya Ferry terjerat dakam kehidupan seks hingga ia terlena. Tak ada lagi kebahagiaan yang ia rasakan dalam dirinya.

"Saya merasa capek seperti ini terus. Saya butuh seseorang karena saya yakin hidup saya seharusnya tidak seperti ini. Ada sesuatu yang harus saya cari, tapi apakah itu bukanlah hal yang bisa saya jawab. Saya pun tidak tahu apa itu dan siapa yang saya cari," kenang Ferry akan masa lalunya.

Pada saat hati mulai kosong dan kesepian, Ferry mulai mencari sesuatu yang bisa mengisi kekosongan hatinya dan ia mendapatkannya. Ferry mulai mencari Tuhan. Ketika Ferry tenggelam dalam doa, ia benar-benar merasakan perasaannya plong dan terbebas dari segala tekanan itu. Dengan mengandalkan doa, perlahan-lahan Ferry mulai berubah. Sampai suatu hari Ferry mengikuti sebuah acara dan di sana penyesalan demi penyesalan mulai Ferry rasakan.

Di acara itu, Ferry didoakan oleh seorang wanita hamba Tuhan. Dan dalam doa tersebut, ia mangatakan, "Saya sebagai seorang wanita yang mungkin pernah menyakiti, atas nama mereka, saya minta ampun." Perkataan ini begitu menyentak hati Ferry, dan ia pun tanpa basa-basi lagi langsung mengambil keputusan untuk mengampuni dan meminta pengampunan dari orang-orang yang ia sakiti.

"Saat saya mengatakan mau, saya merasakan ada suatu kedamaina, ada suatu yang harus saya lakukan, yaitu komitmen. Saya harus mengampuni mama saya, dan juga pacar saya yang dulu, dan orang-orang lain yang mungkin saya sakiti. Saya tidak pernah menyelesaikan masalah hati ini dengan mantan pacar saya maupun ibu saya. Dan ketika hamba Tuhan tersebut berkata seperti itu, inilah yang selama ini saya cari, yaitu kata-kata, ‘Saya minta ampun' dan harus saya ungkapkan kepada mereka," kisah Ferry.

Perlahan-lahan hubungan yang selama ini membeku di antara Ferry dan ibunya mulai membaik. Akhirnya Ferry mendatangi ibunya dan mengakui semua kesalahannya serta meminta maaf.

"Ternyata hidup saya tanpa mama itu kosong. Saya minta ampun kepada mama, sudah mengecewakan mama selama ini, sudah membuat mama sedih. Dan ternyata Mama pun mengeluarkan sebuah pengakuan, mama meminta maaf karena tidak pernah memperhatikan saya dan juga adik-adik," ujar Ferry.

Kebencian dan sakit hati yang membelenggu Ferry selama bertahun-tahun telah Tuhan pulihkan. Saat ini Ferry bekerja melayani orang-orang yang mengalami gangguan kejiwaan.

"Kalau saya mengingat dosa-dosa saya dulu, saya pernah menyakiti wanita, saya juga kecewa dengan mama saya, saya minder dan merasa tidak mampu serta tidak percaya diri, tapi setelah kenal Tuhan Yesus, saya punya percaya diri. Saya tahu ada suatu rencana Tuhan dalam hidup saya," ujar Ferry menutup kesaksiannya. (Kisah ini ditayangkan 20 Juli 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).(source)
Sumber Kesaksian :
Ferry Pardede

Pemulihan Sang Anak Buangan

Berasal dari keluarga yang kurang mampu, sewaktu kecil Komen harus menyaksikan orang tuanya terpaksa menyerahkan adiknya yang baru lahir untuk diasuh oleh bidan yang menolong ibunya.
Komen mengingat masa lalunya yang pahit.
"Orang tua saya sangat susah. Mesti melaut dulu baru dapat makanan. Kalau tidak melaut ya tidak makan."
Suatu hari Komen menyaksikan kejadian yang membuat dirinya sangat terpukul. Sebagai anak 6 tahun yang masih polos, dia menyaksikan perselingkuhan mamanya. Komen melihat mamanya tidur dengan pria lain.
"Saat itu saya mau buang air kecil. Letaknya (kamar mandi) itu kan di ruang tamu. Kebetulan ada saudara, ga tau saudara darimana......Ngapain mereka??? Adik saya, koko saya, mereka tidak ada yang tahu. Saya ga ngerti...."

Komen tidak mampu untuk bertanya. Semuanya hanya disimpan di dalam hati.
"Mama saya jahat. Kenapa mama saya berbuat seperti itu. Dan itu menimbulkan trauma. Pikiran saya aneh-aneh jadinya".
Sejak kecil Komen tidak pernah merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Bahkan ketika mamanya meninggal, Komen harus dipisahkan dari keluarganya. Ayahnya yang merasa tidak mampu merawat Komen, meminta pamannya membawa Komen ke Jakarta. Komen merasa mendapat perlakuan yang berbeda.

"Kenapa kok saya.....yang dititip-titipin itu kok saya???? Bukannya adik saya yang perempuan atau koko saya".

Tinggal bersama keluarga paman di Jakarta membuat Komen harus menjalani kehidupan yang keras. Tahun demi tahun, hal yang lebih menyakitkan mulai datang. Tanpa alasan yang jelas, sepupu-sepupunya sering memukuli Komen.

"Setiap paginya, saya harus mengepel. Itu sudah wajib harus saya lakukan. Saya ngepel, baru saya main atau pergi semir sepatu." "Saya dipukul....itu biasa. Sering saya dapat."

Kalau malam, kakak sepupu Komen dan teman-temannya suka merokok. Supaya tidak diketahui oleh orang tuanya, mereka melakukannya di atas plafon rumah jam 1 atau jam 2 malam. Kalau mereka kehabisan rokok, Komen dibangunkan dengan paksa oleh kokonya hanya untuk membeli rokok.
"Saya benci mereka dan saya mau balas dendam supaya mereka juga susah. Kalau bisa ya sampai dia mati".

Komen hanya disekolahkan sampai kelas 1 SD. Setelah putus sekolah, Komen memutuskan untuk mencari uang sendiri dengan menjadi penyemir sepatu.

"Lihat orang tuh enak amat....Anak-anak seumuran saya tuh enak mereka. Mereka sekolah, apa yang mereka inginkan itu paling tidak sudah ada. Sedangkan saya itu kok susah banget. Uang hasil semir sepatupun kadang-kadang masih suka diambilin sama mereka (kokonya) tanpa sepengetahuan saya. Saya tidak tahu persisnya.....saya kan tidur jadi uang itu saya sembunyiin tapi tiba-tiba uang itu sudah tidak ada".

Mendapat perlakuan yang sewenang-wenang selama bertahun-tahun membuat Komen tertekan. Bagi Komen, hidup bagaikan di penjara. Di umur 11 tahun, Komenpun memutuskan untuk bunuh diri.

"Saya tidak tahu saya ini nantinya mau jadi apa. Sama sekali tidak ada bayangan untuk hidup saya. Waktu itu pokoknya ingin loncat dari gedung yang sangat tinggi."

Tapi sebelum Komen meloncat, dia terbayang dengan orang yang dia lihat bunuh diri kemarin. Orang itu loncat dari gedung dan dengan mata kepalanya sendiri dia melihat kepala orang itu hancur dan meninggal dengan tragis.
"Tapi kenapa bunuh diri itu ga jadi.....saya ngeliat ada orang ngeloncat juga, bunuh diri. Jadi ga jadi untuk bunuh diri."

Di umur 15 tahun Komen bekerja di toko perhiasan. Saat itulah pamannya justru mengusirnya karena menganggap Komen sudah dapat menghidupi dirinya sendiri. Dengan membawa baju seadanya, Komen mendatangi tempat bossnya dan akhirnya boss Komen menawarkan Komen untuk tinggal disana.

"Saya di sana hanya jadi office boy. Yang beres-beresin bangku, lap-lap kaca kalau kaca etalase itu kotor, saya bersihin. Terus kalau ada customer yang mau bersihin perhiasannya, itu biasanya saya yang kerjain. Kalau ada waktu senggang, boss saya itu support saya. Dia mau supaya saya juga bisa jadi perajin perhiasan".

Setelah mampu menghasilkan uang, Komen terjerumus ke dalam kehidupan malam. Judi dan pornografipun dijelajahinya. Bahkan setelah menikahpun, kebiasaan-kebiasaan buruk itu tidak ditinggalkannya. Namun akhirnya Komen mengalami titik balik di dalam hidupnya sampai akhirnya dia mengenal siapa itu Tuhan ketika seorang teman mengajaknya untuk menghadiri sebuah kelas bimbingan.

"Di pertemuan itu saya ambil komitmen mengenai seks....ternyata itu dosa katanya... Onani itu juga dosa... Akhirnya saya ambil komitmen saya mau coba yang lebih bener aja."

Pemulihan terhadap masa lalunya dialami Komen di sebuah pertemuan.
"Jadi di situ saya dikasih tahu bagaimana kita punya kepahitan, terus luka batin, dan saya dikasih pilihan mau atau tidak untuk mengampuni. Saya diingatkan lagi ke masa lalu saya. Di situ saya ambil komitmen, ya Tuhan, saya mau mengampuni mereka dengan sepenuh hati saya. Jadi beban itu tidak ada lagi di hati saya. Tadinya punya pikiran mau membalas saudara saya, kepahitan sama orang tua saya, tapi disitu saya dilepasin .... bebas."

Pengampunan telah membawa perubahan yang nyata dalam hidup Komen. Komen mendatangi kokonya untuk meminta maaf atas dendam yang pernah dirasakannya terhadap kokonya. Tak ada lagi trauma masa lalu dan juga ketakutan akan masa depan.

"Saya ikut apa yang Tuhan inginkan. Saya ikutin... dan ternyata dengan latar belakang pendidikan saya yang kurang tapi ternyata Tuhan bisa pulihkan. Tuhan itu luar biasa tuntun hidup saya. Saya memiliki rumah dan juga keluarga yang saling mengasihi. Jadi saat ini yang saya dapat, Tuhan itu baik sekali." (Kisah ini ditayangkan 22 Juli dalam acara Solusi Life di O'Channel)

Kolose 3:13 Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.(source)

Sumber Kesaksian:
Komen

Wilan, Si Kupu-Kupu Malam

Kehidupan malam kujalani
Aku pertama kali menjadi pelacur pada usia 15 tahun. Penghasilan yang kudapatkan adalah 40% - 60%, maksudnya aku menerima 40%, sedangkan "mami" mendapat bagian 60% dari bayaranku. Aku sudah tidur dengan banyak laki-laki dari berbagai kalangan dan hal ini terus kujalani sampai usiaku yang ke 19 tahun. Aku juga terjerat dalam dosa pergaulan bebas, minum-minuman keras, narkoba, dan juga seks bebas. Dalam hati kecilku sedikit terbesit betapa kotornya hidupku. Aku berusaha mencari jati diri di tempat yang salah. Namun karena tuntutan kehidupan yang keras, aku tetap menjalani kehidupan malamku ini.
Penyebab aku menjadi kupu-kupu malam

Aku dibesarkan dari sebuah keluarga broken home. Ayah dan ibuku bercerai, lalu masing-masing menikah lagi, dan aku serta kakakku tinggal bersama Oma kami. Tapi perlakuan Oma padaku berbeda dengan perlakuan Oma pada kakak. Aku sering "dianaktirikan", sering dicerca, dicaci maki, dan dihajar oleh Oma, sedangkan Oma selalu membanggakan kakak. Aku berpikir apakah karena aku ini jelek mangkanya Oma membenciku.

Karena tidak tahan dengan perlakuan Oma, aku ikut ke Palembang dengan orang yang pernah kos di rumah Oma. Disana aku membantunya membereskan rumah. Namun karena keadaan keluarganya tidak baik dan sering bertengkar, selalu aku yang dijadikan sasaran kemarahan. Akhirnya setelah 3 tahun di sana, aku kembali ke rumah Oma. Ternyata di rumah Oma, aku tetap diperlakukan seperti dulu.

Akhirnya aku memutuskan tinggal di rumah ayahku. Tapi ternyata kehidupan di sana juga tidak lebih baik. Aku "di anak tirikan" oleh ayah kandungku sendiri. Aku bahkan difitnah menyakiti adik tiriku. Aku sangat benci pada ayahku saat itu juga. Akhirnya karena tekanan-tekanan itulah aku memutuskan menjadi "kupu-kupu malam" sebagai pelampiasan kekesalanku. Padahal orang tuaku adalah orang yang berkecukupan.

Memasuki dunia rumah tangga

Suatu hari karena kecerobohanku, aku dinyatakan positif hamil. Namun pria yang menghamiliku tidak mau bertanggung jawab. Akhirnya aku menikah dengan tetangga dekat rumahku karena ia sangat mencintaiku. Tapi rumah tangga kami berantakan. Suamiku bukanlah tipe orang yang bertanggung jawab. Bahkan ia tetap menjadi pengangguran sampai-sampai aku tetap menjadi pelacur demi memenuhi kebutuhan keluarga. Ketika anakku lahir, aku memutuskan bercerai darinya.

Satu tahun kemudian, tahun 1976, aku menikah dengan Edy, pria yang dikenalkan sahabatku. Pergaulan bebas yang kujalani membuatku menjadi seorang yang berkarakter keras namun Edy selalu mengalah padaku. Ia tipe suami yang baik. Karena itulah sifat kerasku semakin menjadi-jadi. Pernikahan kami dikaruniai 4 orang anak namun aku tetap menjalani kehidupan bebasku sehingga aku menelantarkan suami dan anak -anakku.

Tetap tidak bertobat

Bahkan di usiaku yang ke-49 tahun, aku tetap keluar masuk diskotik. Berkali-kali aku hampir OD (Over Dosis), tapi aku tetap tidak kapok juga. Seringkali saat aku OD dan hampir mati, aku mendengar suara- suara yang berkata, "Bukalah matamu..." Namun aku mengacuhkannya. Sampai suatu kali saat aku OD, aku jatuh di tengah diskotik dan ada suara yang berkata, "Lihatlah sekelilingmu..." dan aku melihat pemandangan yang sangat mengerikan. Orang-orang yang ada di sana berubah menjadi sangat menyeramkan, tidak mempunyai tempurung kepala dan mereka semua bertanduk. Wajahnya sangat menyeramkan. Aku tidak merasa takut saat itu, hanya sedikit drop dan aku memutuskan duduk di tepi panggung.

4 Oktober 2005, ketika sedang berada di dalam diskotik, aku sekali lagi mendengar suara yang berkata, "Pulanglah atau engkau akan terhilang..." Aku merasa sangat takut dan memutuskan tidak akan pernah ke diskotik lagi.

Akhirnya aku sadar akan dosa - dosaku

Sejak saat itu aku tiba-tiba menyadari bahwa dosaku sangatlah parah. Pasti hidupku sangat hancur dan tidak berkenan di hadapan Tuhan. Saat itu juga aku sadar bahwa ternyata selama ini suara-suara itu adalah teguran dariNya padaku. Aku langsung menangis meminta pertolongan dan pengampunan dari Tuhan. Aku tidak ingin masuk ke dalam perapian kekal, aku ingin bebas lepas dari ikatan maut ini. Aku menyalibkan kedaginganku dan aku memikul salibku serta mengikut Yesus dalam hidupku. Aku mulai aktif ke gereja dan mengikuti Family Altar.

Tanggal 19 Mei 2006 aku mengikuti sebuah retreat pemulihan. Di sana, ketika didoakan, aku memperoleh penglihatan sebuah hati berwarna biru dan beku seperti es. Ternyata itu adalah hatiku. Saat itu aku sangat membenci keluargaku. Aku menyimpan dendam yang amat dalam kepada mereka. Tapi berkat kasih dan kekuatan yang luar bisa dariNya, aku tiba-tiba dapat mengampuni ayah, ibu, dan Omaku yang telah melukai hatiku. Saat itu juga aku melihat bahwa tangan Tuhan menyentuh hatiku, menggenggamnya, lalu mengubah hatiku yang beku menjadi cair dan berwarna merah terang. Lalu Tuhan mencabut hatiku yang penuh dengan kepahitan itu sampai ke akarnya. Aku dapat merasakan betapa sakitnya dadaku ketika akar kepahitan di hatiku dicabut oleh tanganNya. Aku menangis merasakan sakitnya. Namun setelah itu aku merasakan damai sukacita yang begitu luar biasa. Tuhan benar-benar telah memulihkan hatiku dan juga hidupku.

Hubungan keluargaku dipulihkan

Sepulangnya dari retreat tersebut kehidupan keluargaku berubah drastis. Hubunganku dengan suami dan anak-anakku dipulihkan. Aku meminta maaf sambil menangis dan memeluk mereka satu per satu. Tuhan memang baik. Ia memberikan kasih di hati suami dan anak-anakku sehingga mereka bisa memaafkanku. Semua berjalan dengan luar biasa. Penuh kasih, damai sejahtera, dan sukacita. Kini aku selalu menyempatkan diri untuk meluangkan waktu bersama suami dan anak-anakku. Bahkan aku juga kini melayani di gerejaku. Syukur bagi kebaikanNya, kini aku benar-benar menjadi hambaNya yang taat dan setia dalam seluruh area kehidupanku. (Kisah ini telah ditayangkan 26 Juli 2010 dalam acara Solusi Life di O'Channel).(sumber)
Sumber Kesaksian :
Wilan

Gereja Harus Ambil Bagian Mengatasi Masalah Perdagangan Manusia

Semakin banyak orang Kristen di Inggris yang telah mengambil sikap melawan perdagangan manusia dengan menyelamatkan anak-anak berusia muda dari beberapa jenis terburuk dari perbudakan modern.
Hope for Justice mengatakan anak-anak berumur tiga telah diselundupkan ke Inggris dari Cina, Bangladesh dan Nigeria untuk seks, obat-obatan dan perbudakan domestik. Mereka melaporkan situasi sudah semakin memburuk, dengan peningkatan perdagangan anak di Inggris hingga 50 persen hanya dalam waktu dua tahun.
Ben Cooley, pendiri Hope for Justice, mengadakan sebuah kegiatan yang diberi nama "The Stand" dimana tujuan dari acara itu adalah untuk melengkapi gereja membantu mengakhiri perdagangan manusia di Eropa.

Cooley mengatakan ide awal pembuatan acara ini muncul setelah ia mendengar tentang nasib orang-orang yang diperdagangkan di seluruh dunia.
"Saya merasa ngeri untuk mengetahui bahwa itu (perdagangan manusia, red) adalah kejahatan yang paling cepat berkembang ... dan bahwa sekarang jumlahnya lebih besar daripada yang pernah ada sebelumnya," katanya. "Saya pikir orang muda Kristen saatnya perlu mengetahui tentang hal ini."
Cooley telah melihat sendiri bagaimana anak-anak dalam perdagangan seks dapat diubah.
"Hal yang paling sulit dalam pekerjaan yang kami lakukan adalah menyelamatkan hidup mereka - ketika Anda pergi ke dalam tempat yang gelap kotor, dan bau, Anda akan melihat ke dalam mata gadis-gadis itu dan Anda tahu bahwa hari ini bukanlah hari mereka," jelasnya. "Tapi ada sukacita besar ketika Anda melihat ke dalam mata mereka dan bisa membawa kebebasan, Anda dapat mengembalikan harapan dan bisa membawa mereka ke dalam kehidupan baru."
Pembicara utama dalam acara “The Stand” adalah pengacara terkenal Amerika, Tony Campolo, yang saat itu menyoroti akan kebutuhan mendesak untuk memperjuangkan keadilan bagi anak-anak yang telah dijadikan budak oleh orang-orang dewasa.
"Ini mengejutkan. Saya tidak berpikir kebanyakan orang menyadari bahwa ada lebih banyak orang diperbudak hari ini dari pada waktu-waktu sebelumnya dalam sejarah manusia," katanya. "Mereka mengatakan bahwa terdapat 1.000 orang yang diimpor ke Amerika Serikat setiap bulan untuk menjadi budak seksual."
Campolo berharap gereja merespon tantangan ini dan mengambil sikap dalam menanggulangi perdagangan manusia.
"Saya berharap bahwa mereka (para peserta acara “The Stand”, red) akan kembali ke gereja mereka dan mulai mempengaruhi orang-orang di gereja mereka," ujarnya. "Saya berharap bahwa setiap gereja akan memiliki komite yang dibentuk untuk mengatasi masalah ini."
Tantangan dari Tony Campolo sepertinya juga tepat ditujukan kepada gereja-gereja di Indonesia karena negara ini memiliki masalah dengan perdagangan manusia.
Banyak anak berusia di bawah 17 tahun diperjualbelikan sebagai komoditi seksual dan tinggal di dalam lingkungan yang kurang baik untuk mereka. Keadaan ini tidak akan pernah bisa berubah sampai ada orang atau orang-orang yang mau mengubahnya. Pertanyaannya, maukah kita menjadi sang pengubah tersebut? jawabannya ada di tangan Anda masing-masing.(sumber)
Source : cbn.com

Kehidupan Rohani Lady Gaga

Mungkin Anda bertanya-tanya bagaimanakah kehidupan rohani seorang Lady Gaga? Di tengah-tengah kesibukannya, Lady Gaga masih menyempatkan dirinya untuk diwawancarai dalam acara Larry King. Larry King menanyakan, bagaimana perasaan Lady Gaga mengenai gereja dan agama pada umumnya. Inilah yang dikatakan Lady Gaga mengenai kehidupan rohaninya.
Lady Gaga yang saat itu mengenakan pakaian putih dengan rompi hitam dan kacamata hitam, mengemukakan bahwa saat ini Lady Gaga bergumul terutama mengenai masalah gereja.

Lady Gaga yang dibesarkan oleh Gereja Katholik Roma mengungkapkan bahwa gereja yang dimaksudnya merupakan hal yang berbeda dari agama. Kalau berbicara tentang agama, Lady Gaga mengaku kalau dia sangat teguh memegang agamanya.
“Saya sangat religius. Saya dibesarkan secara Katholik. Saya percaya kepada Yesus. Saya percaya kepada Tuhan. Saya banyak berdoa…”
Setelah itu Gaga melanjutkan, “ Tapi pada saat yang sama, (saya berharap) tidak ada satu agama pun yang tidak menentang dan membenci kelompok agama yang radikal, juga kelompok seksual … Dalam hal itu, menurutku keagamaan juga pudar. Sebagai wanita yang percaya kepada Tuhan, hal ini membuat saya bingung tentang keagamaan. Saya berharap bahwa akan ada kedamaian dalam beragama, dunia yang lebih damai lagi, pikiran yang damai untuk generasi muda.”
“Akan kemanakah Anda jika Anda sudah meninggal dunia?” tanya Larry
“Maksudnya antara surga dan neraka?” tanya Lady Gaga kembali. Saat Larry berkata iya, maka Gaga mengatakan, “Saya percaya saya akan ke surga. Tapi saya rasa, saya juga bisa ke neraka, bukan?”
Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh Lady Gaga sendiri dan kita secara pribadi. Apakah Anda percaya pada Yesus sebagai Tuhan satu-satunya dalam hidup Anda? Apakah Anda percaya bahwa Anda akan masuk ke surga, sekalipun dosa Anda semerah darah? Ketahuilah, saat Anda mengaku dengan mulut Anda bahwa Yesus adalah Tuhan Anda, maka Anda akan diampuni karena Yesus yang telah menyelamatkan Anda, bukan karena perbuatan Anda. Anda masuk ke surga karena kasih karunia Tuhan semata.(sumber)
Source : cnn/lh3

Umat Kristen di Kenya Dibom Waktu Sedang Berdoa

Ketegangan masih mewarnai Kenya pada hari Selasa (15/6) setelah dua bom yang mengakibatkan sedikitnya enam orang meninggal dan 100 orang lainnya terluka. Bom ini meledak pada saat doa reli yang diadakan oleh umat Kristen di Kenya. Kejadian tersebut berlangsung pada saat uskup Nairobi memimpin ribuan orang dalam penutupan doa.
Tidak ada grup tertentu yang mengklaim bahwa itu perbuatan mereka, tapi gereja-gereja di Kenya menyalahkan pemerintah atas penyerangan tersebut. pemerintah Kenya sendiri tidak memberikan komentar apa-apa.

Dalam pernyataannya, National Council of Churches of Kenya (Dewan Nasional Gereja-Gereja di Kenya) dan 14 gereja lainnya mengatakan, “Setelah mendapatkan informasi yang terus menerus mengenai ayat konstitusi yang baru selama referendum adalah proyek pemerintah, kita jadi bertanya-tanya, baik langsung maupun tidak langsung, siapakah yang terlibat dalam serangan ini. Siapa lagi di negeri ini yang mempunyai bahan peledak?”
Sementara presiden dan pejabat pemerintahan mendukung tinjauan konstitusi yang baru, orang Kristen di sana menentangnya. Mereka mengatakan bahwa tujuan konstitusi tersebut adalah melonggarkan pembatasan aborsi dan mendukung sistem pengadilan secara Islam yang memang sudah digunakan oleh penduduk minoritas Kenya yang beragama Islam.
Sepertinya akhir-akhir ini perselisihan selalu terjadi antar agama, antar suku, etnis, kebudayaan, negara dan paham yang berbeda sehingga rasa damai itu semakin jauh di belakang. Berdoa buat rakyat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya agar mereka menjadikan perbedaan itu sebagai penguat dan bukannya pemisah.(sumber)
Source : worthynews/lh3

Kakak Adik Beragama Kristen Dibunuh di Pakistan

Pria bersenjata membunuh dua orang Kristen yang masih memiliki hubungan darah sekandung di Pakistan pada Senin (19/7) lalu.
Peristiwa menyedihkan tersebut terjadi saat Rashid Emmanuel, 36, dan adiknya Sajid Emmanuel, 30, meninggalkan pengadilan di Faisalabad, di mana mereka diadili karena dituduh melakukan penghujatan.

Menteri Urusan Minoritas Pakistan, Shahbaz Bhatti, mengatakan Rashid dan Sajid ditangkap bulan lalu oleh pihak berwajib setelah mereka menemukan sejumlah selebaran yang beredar di masyarakat dimana kedua pria tersebut diduga memberikan komentar negatif tentang nabi besar agama Islam .
Bhatti menilai peristiwa penembakan itu merupakan kejahatan murni dimana sang pelaku disinyalir memiliki dendam kepada kedua korban.
Sementara, umat Kristen Pakistan menyatakan keberatan tentang hukum penghujatan yang berlaku di negara tersebut karena mereka menganggap peraturan itu sering digunakan kelompok tertentu sebagai alasan untuk menganiaya non-Muslim.(sumber)
Source : cbn.com

Dilarang Ibadah dan Disandera, Jemaat HKBP Lapor Polisi

Tekanan terhadap gereja terjadi kembali, kali ini dialami oleh jemaat Gereja HKBP Pondok Timur Indah, Bekasi. Saat usai melakukan ibadah pada hari Minggu (18/7) pagi, jemaat disandera oleh sekelompok orang dan melarang mereka untuk beribadah. Menanggapi hal ini, jemaat dan pengurus Gereja HKBP Pondok Timur Indah pun melapor ke Mabes Polri.
Menurut penutura Pendeta L Simanjuntak, sekitar 600 orang datang dan melarang jemaat beribadah di RT 03/ RW 06 Kampung Ciketing, Kelurahan Mustikan Jaya, Bekasi. Selain itu jemaat pun disandera sekitar satu jam lamanya.

Sebenarnya tempat ibadah yang sekarang adalah tempat kedua setelah gereja tersebut dilarang mengadakan ibadah di Jalan Puyuh, Kelurahan Mustika Jaya pada Desember 2009. Bahkan Pemerintah Kota Bekasi menyegel tempat ibadah tersebut pada Maret 2010.
Setelah penyegelan, diadakan pertemuan antara pemkot, Polres Bekasi dan instansi terkait. Salah satu hasil kesepakatan ibadah dipindahkan ke sebuah tempat milik pribadi, tetapi jemaat tetap dilarang beribadah. Pada Sabtu (10/7) lalu ada sekelompok orang dengan atribus ormas tertentu membentangkan tiga spanduk menolak adanya gereja di wilayah tersebut.
“Sebelum dan selama ibadah berlangsung, mereka berteriak-teriak agar jemaat bubar dan jangan melakukan ibadah di lokasi. Mereka berteriak sambil memukuli seng dan kaleng bekas," demikian ungkap Pendeta Simanjuntak.
Yang sangat disayangkan oleh jemaat dan Pendeta Simanjuntak adalah anggota Polres datang dan meminta ibadah jangan dilakukan lagi di lokasi terebut karena massa yang menolak jumlahnya banyak. Menurut pandangan Pendeta Simanjuntak, seharusnya polisi melindungi mereka dan membubarkan massa. Hal ini menurutnya merupakan pelanggaran hak asasi.
Jemaat dan pengurus Gereja HKBP Pondok Timur Indah yang melapor ke Gedung Bareskrim Mabes Polri sekitar 30 orang melakukan ibadah di halaman Gedung Bareskrim sebelum melapor. Hal ini memicu ketegangan dengan anggota polisi yang sempat melarang hal tersebut. Seorang anggota satuan yang berpakaian sipil sempat melarang dengan alasan di dalam sedang rapat, bahkan sempat mengatakan pada petugas di dalam sentra pelayanan kepolisian agar jangan menerima laporan mereka.
Sulitnya mendapatkan ijin mendirikan tempat beribadah dan tekanan dari kelompok-kelompok tertentu telah mencederai kebebasan beragama yang dijamin oleh UUD 45. Penutupan, penyegelan dan perusakan rumah ibadah atas nama agama tertentu sudah sering terjadi, namun pihak kepolisian seperti tidak berdaya dan tidak melakukan tindakan tegas terhadap kejadian seperti ini. Mari kita berikan dukungan doa serta moril bagi umat Tuhan yang sedang mengalami tekanan dan aniaya.(source)
Source : Kompas.com

Negara Indonesia Bukanlah Negara Agama

“Negara tidak boleh mewajibkan apa yang diwajibkan agama atau melarang yang dilarang agama,” kata Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi saat menjadi pembicara dalam halaqah perdamaian International Conference of Islamic Scholars (ICIS) di Jakarta, Kamis (22/7) lalu.

Menurutnya, kewajiban negara yang terkait agama adalah melindungi warganya yang memeluk agama, sama seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 29 ayat kedua mengatakan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Peran negara dalam keagamaan hanya di bagian tersebut.
Jadi hukum agama hanya menjadi salah satu bahan di dalam penyusunan hukum negara, terutama negara yang bukan negara agama seperti Indonesia, negara tidak boleh menjadi perpanjangan ‘tangan’ agama. “Itulah negara kebangsaan religius. Beda dengan negara agama,” katanya.
Oleh sebab itu, sangat tidak realistis jika ada kelompok agama yang ingin memaksakan agar negara Indonesia menerapkan secara formal hukum dari agama tertentu, sekalipun agama yang dipeluk mayoritas warga negara. Memang seperti itulah yang seharusnya dilakukan oleh negara demokratis seperti negara Indonesia.
Sebagai negara yang membebaskan penduduknya untuk memeluk agama dan kepercayaannya masing-masing, berarti seharusnya tidak ada lagi ancaman dari pihak mayoritas kepada pihak minoritas dalam beribadah. Tapi buktinya, di Indonesia masih banyak kejadian yang bertentangan dengan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 tersebut.(source)